Gandeng Stand Up Comedian, Uji Wawasan lewat Video Blog
Respons parpol juga beragam. Ada partai yang welcome saat disodori undangan untuk menjadi narasumber. Tapi, ada juga yang terkesan berhati-hati untuk terlibat. Padahal, pemilih pemula berpotensi besar untuk memberikan suara. Mereka mengaku banyak urusan internal partai yang lebih penting untuk dibereskan.
Pingkan yang sehari-hari menjadi head of social media di sebuah perusahaan media itu mengungkapkan, resistensi juga kadang datang dari pergurun tinggi karena pihaknya meng-organize acara yang membicarakan politik praktis. Sampai-sampai Pingkan dan Qowi pernah dibuat deg-degan karena kegiatan yang sudah disiapkan rapi hampir dibatalkan pihak kampus yang mereka tempati untuk berkampanye. Penyebabnya, dekan di kampus itu menyatakan bahwa tidak boleh ada kegiatan politik praktis. Padahal, kala itu panitia tidak mengundang parpol sebagai peserta.
\"Setelah kami jelaskan bahwa acara ini bukan kampanye politik praktis, melainkan edukasi politik untuk pemilih muda, pihak kampus akhirnya memberikan izin,\" kata Qowi yang menyelesaikan pendidikan Bachelor of Business Management dan Master of Arts in Communications and Media Studies di Monash University, Melbourne, Australia.
Soal politik itu pula yang menyebabkan Ayo Vote sulit mendapatkan sponsor. Padahal, gerakan itu fokus pada kampanye mengajak anak muda untuk terlibat dalam pemilu.
\"Kami berusaha senetral mungkin, tidak memihak salah satu parpol. Tapi, ya itu, kami tetap sering mendapati resistensi dari kampus atau sponsor,\" timpal Pingkan.
Ayo Vote berencana mengadakan kegiatan pasca-pemilu nanti. Mereka akan ikut mengawasi para wakil rakyat yang terpilih. \"Apakah mereka kerjanya sesuai dengan saat kampanye\" Hal ini sedang kami bahas untuk mengadakan web khusus yang bisa mengukur janji-janji kampanye caleg dan pemenuhan janjinya setelah menjadi anggota dewan,\" tandas dia.
(*/c2/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: