Sapi Sawit Kejar Swasembada Daging
JAKARTA-Kementerian BUMN mendorong perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang perkebunan untuk mengembangkan ternak sapi di area kelapa sawit. Menteri BUMN Dahlan Iskan menjelaskan, proyek sapi sawit ini dibuat untuk merealisasikan target 100 ribu ekor sapi pada 2014.
Program tersebut bakal dikembangkan dan dibiayai perusahaan negara di bawah naungan Kementerian BUMN. \"Sapi-sapi akan ditaruh di perkebunan sawit supaya mendapatkan makanan murah. Karena ini (peternakan sapi) basisnya harus ada makanan yang murah,\" ujarnya di Jakarta kemarin (30/1).
Inisiatif tersebut didapatkan dari pengelaman tahun lalu. Sebenarnya, pemerintah juga berencana memroduksi 100 ribu ekor sapi pada 2013. Namun, realisasi yang didapat hanya 20 ribu ekor. Kendala yang dialami tahun lalu yang menjadi dasar pertimbangan saat ini. \"Kami sudah belajar banyak dari sebelumnya. Yang sulit adalah mencari bahan pakan dan anak sapi,\" tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga terus melanjutkan rencana pendirian dan akuisisi lahan peternakan sapi di Australia. Saat ini, BUMN seperti PT Pupuk Indonesia dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sedang mematangkan perizinan di dalam negeri. Sebab, izin dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan diperlukan untuk memastikan sapi-sapi yang diternakan di Australia bisa dikirim ke tanah air. Persiapan tersebut diharapkan bisa selesai Maret ini.
\"Jangan-jangan kalau kami punya lahan di sana ternyata izin impor masih belum jelas. Nah, sekarang mereka sedang mengurus perizinan. Pada dasarnya sudah berjalan negosiasinya. Kalau aturan di dalam negeri belum dapat kepastian, pembelian peternakan sapi akan dihentikan,\" jelasnya.
Selain itu, Australia juga memberikan syarat-syarat khusus. Salah satunya, standar dari fasilitas peternakan dan rumah potong di Indonesia yang bakal dipasok sapi dari Australia harus mengikuti standar. \"Australia memberikan prasyarat teknis. Kandang sapi di Pupuk Indonesia dan RNI harus sesuai dengan di Australia. Mereka tidak mau sapinya diperlakukan tidak berkeperibinatangan. Lalu rumah potongnya harus memenuhi standar keperibinatangan,\" ungkapnya.
Sebelumnya, Dirut RNI Ismed Hasan Putro mengaku masih menunda rencana investasi lahan ternak di Negeri Kanguru. Hal tersebut karena banyak kendala dari segi ekonomi. Salah satunya, depresiasi nilai tukar rupiah yang terus meninggi. Saat ini, nilai dolar Australia (AUD) sudah berada di level Rp 10.645.
\"Lagipula, kalau sekarang diimpor kami yang rugi. Sebab, harga sapi di Australia sedang tinggi-tingginya. Kalaupun dapat izin dan finance advisor sudah memilih perusahaan pun, saya tidak akan melakukannya bulan-bulan ini,\" jelasnya. Karena itu, pihaknya menunggu momen musim melahirkan sapi di Australia. Momen tersebut diperkirakan datang April-Mei tahun ini.
(bil/oki)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: