>

Merpati Bakal Jual Anak Usaha

Merpati Bakal  Jual Anak Usaha

JAKARTA-Pemerintah terus berusaha menganggulangi masalah finansial yang terjadi pada PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) Indonesia. Setelah melalui berbagai wacana, maskapai pelat merah itu akhirnya direncanakan bakal menjual anak usahanya untuk mendapatkan dana segar. Dana tersebut nantinya bakal digunakan untuk membentuk anak usaha yang bakal menyelamatkan keuangan PT Merpati.

                Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan, saat ini merpati menghentikan penerbangan sejak awal Februarai. Sedangkan karyawannya bekerja dengan skema kerja shift. Hal tersebut karena saat ini pihak perseroan tak punya lagi dana operasional. \"Merpati sudah tidak punya uang untuk operasi. Baik untuk terbangkan pesawat atau gaji karyawan. Sudah dua bulan tidak bayar. Sekitar 200 miliar rupiah,\" ujarnya.

                Selama masa hibernasi tersebut, Merpati bakal menjual anak perusahaan untuk mendapatkan dana segar. Saat ini, dua anak usaha Merpati yakni Merpati Maintenance Facilty (MMF) dan Merpati Training Center (MTC) merupakan aset paling produktif. Dua perusahaan dirpoyeksi bernilai Rp 300 miliar. \"Merpati sekarang masih konsolidasi,\" ungkapnya.

                Dana tersebut, lanjut dia, bakal digunakan untuk membayar tunggakan operasional terbang dan gaji karyawan. Selain itu, dana tersebut juga dipakai untuk mendirikan Merpati Aviation Service. \"Tentu KSO tidak mau menanggung itu (biaya pendirian perusahaan, red). Karena itu, cari uang dengan menjual anak perusahaannya ke PPA. Sudah kami setujui. PPA juga sudah setuju,\" katanya.

                Sebagai informasi, Merpati Aviation Service merupakan skema yang disiapkan pemerintah untuk memperbaiki kondisi Merpati. Anak usaha tersebut rencanya bakal menggantikan sang Induk mengurus operasional pesawat. Perusahaan tersebut nantinya didirikan dengan skema KSO (Kerjsa Sama Operasi) dengan dua mitra : PT. Bentang Persada Gemilang dan PT Amagedon. Rencananya PT Bentang Persada Gemilang akan menggarap rute penerbangan Indonesia timur. Sedangkan PT Amagedon akan menangani operasional di wilayah barat.

                Alasan keputusan mendirikan anak usaha tersebut adalah agar pembukuan bisa mulai dari nol. Tanpa terbebani hutang yang hampit mencapai Rp 7 triliun. Nantinya, laba dari perusahaan tersebut bisa menyicil hutang Merpati saat ini. \"Perusahaan baru inilah yang akan digerakkan untuk menjalankan bisnis Merpati. Kelak, anak perusahaan ini pula yang akan menyelesaikan persoalan (hutang) Merpati,\" ungkapnya.

                Meski harus menghentikan operasional, Dahlan masih optimis tentang masa depan Merpati. Operasional dengan skema KSO tersebut ditargetkan selesai pada akhir Februari ini. Karena itu, dia meminta karyawan untuk Merpati untuk bertahan. \"Bersabar dulu. Untuk sementara tunggu perkembangan terbaru dari Merpati,\" tuturnya.

                Dia menambahkan, saat ini nasib Merpati ada di tangan Kementerian Keuangan. Pasalnya, PPA perlu izin dari Menteri Keuangan untuk melaksanakan skema restruktrasi tersebut. \"PPA punya uangnya. Uang restrukturisasi itu bisa sehatkan (Merpati) lagi. Tapi uang ini bisa digunakan harus izin Menkeu,\" tambahnya.

                Sementara itu, Dahlan juga meminta Perum Peruri untuk memproduksi kertas bahan uang sendiri. Pasalnya, Indonesia diklaim harus mengimpor kertas 5000-6000 ton per tahun sebagai bahan uang kertas. Padahal, perusahaan tersebut sebenarnya punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut. \"Kalau bisa Peruri membuat kertas yang selama ini impor,\" katanya.

            Dia menerangkan, laba dari Perum Peruri sudah mencapai Rp 1 triliun. Dana tersebut bisa dijadikan modal untuk membeli teknologi produksi kertas. Soal faktor lain pu, Dahaln yakin BUMN tersebut bisa mengatasi. \"SDM punya, lahan punya, uang punya. Sekarang, tinggal teknologi. Dan itu kan bisa beli. Saya dengar karena nilai impornya (kertas, red) triliunan. Itu kan lebih berharga kalau dibuat dalam negeri,\" tambahnya.

(jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: