Moneter Ketat Rem Ekonomi
Pelaku Usaha Kurangi Ekspansi dan Investasi
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2014 hanya akan berada di kisaran 5,2-5,8 persen. Hal ini jika suku bunga acuan BI rate tetap di level 7,5 persen. Proyeksi tersebut jauh lebih pesimistis dibanding asumsi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yang dipatok 6,0 persen.
Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto mengaku pesimistis pemerintah bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen sesuai APBN. Terutama jika Bank Indonesia (BI) melakukan pengetatan moneter. \"Pertumbuhan erat kaitannya dengan kebijakan moneter. Saat ini dengan BI rate yang tetap tinggi dan likuiditas ketat tentu tidak mendukung pertumbuhan,\" ujarnya akhir pekan lalu.
Kadin menilai, suku bunga acuan 7,5 persen saat ini masih terlalu tinggi bagi pelaku usaha. Hal ini membuat pengusaha cenderung mengurangi ekspansi dan investasinya. \"Langkah BI menetapkan suku bunga 7,5 persen membuat sektor riil sulit bangkit. Kalau itu tidak diturunkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tidak usah tinggi-tinggi,\" sebutnya.
Apalagi, upaya pemerintah mengurangi defisit neraca perdagangan sepertinya berat karena ekspor melambat. \"Sektor pertambangan tengah menghadapi masalah karena ketidaksiapan dalam menghadapi keharusan hilirisasi yang diamanatkan Undang-Undang Minerba. Selain itu, sektor industri juga akan tertekan akibat fluktuasi nilai tukar rupiah,\" tegasnya.
Pendapat berbeda diungkapkan Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Umar Juoro. Dia menilai, pemerintah masih akan dapat mempertahankan target pertumbuhan ekonomi enam persen tahun ini. \"Terpilihnya Presiden dan terbentuknya pemerintahan yang sesuai dengan kehendak rakyat akan meningkatkan ekspektasi terhadap perbaikan ekonomi pada tahun transisi ini,\" timpalnya.
Umar menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara makro selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan positif. Hal tersebut terlihat dari pendapatan per kapita yang pada 2004 hanya mencapai USD 2.000 sekarang telah meningkat dua kali lipat menjadi USD 4.000. \"Secara makro bisa dikatakan kondisi perekonomian kita cukup baik,\" ungkapnya.
Dia menilai, kondisi yang cukup baik itu tidak terlepas dari keberhasilan dan sikap kehati-hatian pemerintah dalam menjaga ekonomi di tengah berbagai tantangan nasional dan global. Meski begitu, Umar menilai seharusnya prestasi pemerintah bisa lebih baik lagi. \"Terutama dalam pengentasan kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan,\" jelasnya.
(wir/oki)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: