Produksi Berlimpah, Sulit Susui Anak Sendiri

 Produksi Berlimpah, Sulit Susui Anak Sendiri

Maya Djatirman Donorkan ASI untuk 25 Bayi

 Tidak banyak ibu yang berani mengambil keputusan seperti Maya Djatirman. Perempuan karir itu mendonorkan air susu ibu (ASI). Tidak tanggung-tanggung, total 25 bayi mendapat asupan ASI eksklusif dari dia.

 NORA SAMPURNA, Jakarta

 Maya mengalami masa kehamilan yang berat. Selama sembilan bulan, istri Adhitra Pradana itu menderita hiperemesis yang ditandai morning sickness parah. Mual berlebihan dan muntah. Hal itu diperparah hipersaliva atau air liur berlebihan sehingga menyulitkan Maya untuk beraktivitas. Padahal, dia merupakan perempuan karir yang bekerja di salah satu kantor pengacara terkemuka di Jakarta.

 Maya pun harus bolak-balik dirawat di rumah sakit. Di balik \"penderitaan\" itu, ketika kandungan Maya berusia lima bulan, ASI mulai keluar membasahi bajunya. Kondisi tersebut makin bertambah pada hari pertama Maya melahirkan Percy Barra Pradana secara Caesar pada 12 Februari 2012.

 Dalam keadaan baru dioperasi, Maya tidak sabar menyusui sang putra. Tetapi, bibir Percy tidak bisa melekat dengan sempurna untuk menyusu karena puting Maya datar. Karena air susu berlimpah yang tidak dikeluarkan, payudara Maya bengkak. Suster menyarankan untuk memompa dengan menggunakan breast pump. ASI mulai keluar setetes demi setetes. Akhirnya, dilakukan pemijatan untuk mengeluarkan ASI dan mengurangi benjolan di payudara.

 Proses tersebut sangat menyakitkan, berlangsung selama 2 jam. \"Saya sampai nangis dan teriak-teriak saking sakitnya,\" kenang Maya saat ditemui di kantornya di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan.

 Perempuan kelahiran Bandung, 18 Mei 1984, itu sempat down. Setelah mengalami banyak \"penderitaan\" ketika hamil, sesudah melahirkan pun, dia masih harus merasakan sakit. \"Ketika tidak bisa menyusui Percy secara langsung, itu juga menderita. Saya harus memompa setiap dua jam,\" ucap Maya. Percy meminum ASI dengan memakai sendok atau lewat botol.

 Sekali memerah, Maya bisa mendapat 400\"900 mililiter ASI. Meski ASI sudah sering dipompa, mastitis atau benjolan di payudara masih kerap muncul. Sakitnya luar biasa. Panas tubuh Maya mencapai 40 derajat Celsius. Dia memutuskan pindah sementara ke Bandung dari kediamannya di Bintaro, Tangerang.

 Di Bandung, Maya rutin datang ke RS Borromeus untuk belajar pijat payudara dan massage bayi. Dari seorang dokter anak yang juga konselor laktasi, dia mendapat cara mengurangi mastitis. Yakni, memompa bergantian dengan breast pump dan tangan.

 Hasil pompaan ASI Maya terus menumpuk. Saking banyaknya, dia sampai menyewa freezer es krim berukuran 200 liter untuk menyimpan ASI. \"Kulkas di rumah sudah tidak muat untuk menyimpan stok ASI. Jadi, saya sewa freezer yang besar sekalian,\" ujarnya. Dalam sehari, dia bisa menghasilkan 3,5\"4 liter ASI, sedangkan kebutuhan si bayi hanya 800\"900 ml.

 Melihat kelebihan stok ASI, perempuan 29 tahun itu terpikir untuk mendonorkannya. Niat tersebut didukung suami dan keluarga Maya. Alumnus Universitas Parahyangan Bandung itu lantas menulis di Twitter, menawarkan ASI bagi yang memerlukan.

 Tidak membutuhkan waktu lama, banyak yang menghubungi Maya. Ada bayi adopsi, anak kembar yang air susu ibunya belum keluar, dan banyak lagi. Awalnya, Maya berniat mendonorkan 30 botol ASI berukuran 200 ml per botol. Akhirnya, dia memberikan masing-masing 30 botol untuk tiap bayi. Sebelum mendonorkan, Maya mengenal orang tua bayi calon penerima ASI-nya. \"Dihitung dulu, produksi air susu ibunya berapa banyak, lalu bayinya butuh berapa,\" katanya.

 Maya tidak memungut biaya. Dia juga menyediakan plastik kemasan stok ASI. \"Disesuaikan dengan kemampuan orang tua si bayi. Kalau mampu, saya minta sediakan kantong plastik ASI, nanti saya isikan. Kadang ada yang membawa plastik kemasan dalam jumlah lebih sehingga bisa dimanfaatkan untuk orang tua yang kurang mampu,\" paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: