Udara di Riau Berbahaya

Udara di Riau Berbahaya

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa kualitas udara di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat ini dalam kondisi tidak sehat dan berbahaya. Bahkan kondisi udara di sejumlah daerah di Riau memiliki Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) hingga di atas 500 akibat kebakaran hutan.

                Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa nilai ISPU di atas 500 atau berbahaya terjadi di Perawang, Bangko, dan Libo. Kondisi serupa juga terjadi di Siak, Kandis, Duri Camp, dan Duri Field.

                \"Sementara status kualitas udara tidak sehat atau nilai ISPA 100\"199 terjadi di Pekanbaru, Rumbai, Minas, dan Dumai,\" kata Sutopo saat dihubungi Jawa Pos kemarin (2/3).

                Sutopo juga menyebutkan bahwa berdasarkan laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), hingga kemarin titik api (hotspot) kebakaran hutan di Riau tersebar di 54 titik. Lokasi sebaran hotspot tersebut berada di Meranti 17 titik, Indragiri Hilir (Inhil) 15 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 2 titik, Pelalawan 8 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 2 titik, dan Dumai 1 titik.

                Akibat hotspot tersebut, kabut asap masih menyelimuti Riau. \"Jarak pandang pagi ini (kemarin) pukul 07.00 WIB Pekanbaru 800 meter, Rengat 1000 meter, Pelalawan 200 meter, dan Perawang 600 meter,\" papar Sutopo.

                 Dia juga menjelaskan bahwa kondisi udara di Riau sangat kering sehingga mudah terbakar. Diperkirakan dalam sepekan ke depan wilayah Riau sulit hujan.

                \"Peluang hujan ada di Riau bagian Barat (Kuansing, Kampar, Rohul, dan Inhu). Sedangkan di bagian Utara, tidak ada peluang hujan sehingga potensi kebakaran masih tinggi,\" ucap dia.

      Untuk membantu pemadaman titik api di hutan Riau, BNPB menyatakan akan segera menerbangkan satu pesawat pembom air jenis Casa 212. \"Besok pagi (hari ini) pesawat Casa 212 beserta bahan semai untuk hujan buatan sudah digerakkan ke Riau. Diharapkan Senin besok (hari ini) hujan buatan bisa dimulai,\" ungkapnya.

      Namun, operasi hujan buatan di atas Riau tersebut dapat dilakukan apabila jarak pandang di Riau setidaknya mencapai lebih dari 1000 meter. \"Semua operasi hujan buatan akan bisa beroperasi jika layak terbang. Artinya jika kabut pekat dan jarak pandang hanya 500 meter di Pekanbaru maka pesawat tidak bisa terbang,\" terangnya.

      Operasi hujan buatan tersebut, lanjutnya, sebenarnya telah dilakukan BNPB kemarin dengan memanfaatkan 2 heli water bombing milik perusahaan swasta di Riau. Untuk beroperasi di Cagar Biosfer, Giam, Siak Kecil. Namun karena jarak pandang yang minim, maka opeasi tersebut dibatalkan dengan pertimbangan keselamatan.

      \"Dua heli water bombing tidak bisa beroperasi karena visiblity sangat pendek. 1 heli untuk survei udara terbang Pukul 14.29 WIB ke arah Bengkalis, tapi baru sampai Siak kembali lagi karena visibility hanya 200 meter,\" tuturnya.

      Selain itu, dia menambahkan bahwa Satgas darat juga mengerahkan 151 personil Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta satuan Manggala Agni untuk operasi pemadaman di Cagar Biosfer. \"Personil lain tetap melakukan pemadaman dan patroli di lokasi masing-masing,\" ujar dia.

(dod)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: