>

ODHA Minta Digratiskan

ODHA Minta Digratiskan

Cek Kesehatan di RSUD RM

JAMBI- Pelayanan RSUD Raden Mattaher kembali mendapatkan keluhan masyarakat. Pasalnya, pihak RSUD berencana melakukan pemungutan biaya retribusi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang melakukan cek kesehatan di RS plat merah ini.

Hal ini diketahui berdasarkan laporan dari pihak Yayasan Kanti Sehati Sejati kepada Komisi IV DPRD Provinsi Jambi, kemarin. Pihak Kanti Sehati meminta pemerintah tak memungut retribusi bagi penderita HIV yang hendak berobat ke RSUD RM.

Sebab, direncanakan para ODHA juga akan dikenakan retribusi, layaknya pasien lain. “Kami dapat kabar bahwa pemerintah akan memungut retribusi bagi ODHA. Tentu para ODHA merasa keberatan. Kami meminta pemerintah tak menghentikan program ini,”ujar Fikri Busidin mewakili Yayasan Kanti Sehati.

Dia menerangkan, program penghapusan retirbusi untuk ODHA ini sebenarnya sudah dijalankan sejak 2013 lalu. Hanya saja, saat ini, program itu kabarnya akan dihapuskan. Disebutkannya, untuk satu kali perobatan, retribusi yang harus di bayarkan mencapai Rp 20 ribu.

Menurutnya, paling tidak, para ODHA harus datang sebulan sekali untuk periksa dan mengambil obat. “Kecil sih, tapi bagi ODHA yang berasal dari keluarga tak mampu, itu sangat memberatkan. Kami meminta dengan sangat, agar rencana itu tak di realisasikan. Berikanlah kemudahan dan keringan bagi para penderita,”ujarnya.

‎Selain itu, para ODHA juga meminta kepada pemerintah melalui komisi IV agar disediakan mesin Veraload. Mesin ini sangat penting untuk mengetahui perkembangan virus HIV ditubuh ODHA. Tujuannya, agar para ODHA bisa tahu, bisa mengontrol perkembangan virus yang ada didalam tubuhnya.

“Kalau sekarang, mereka tak tahu apakah obat yang diminum, berpengaruh terhadap virus yang ada. Apakah virusnya berkurang atau justru bertambah. Mesin ini penting sekali bagi ODHA,”katanya.

Menurutnya, di Provinsi Jambi belum ada satupun rumah sakit yang memiliki mesin itu. Sehingga, para ODHA harus ke jakarta hanya untuk menguji jumlah virus ditubuhnya. Tentunya, hal itu memerlukan biaya yang tak sedikit.

“Sekali periksa sampai Rp 1 juta. Belum lagi biaya dan ongkos ke jakarta.  Kalau RSUD kita sudah punya mesin ini, tentu para ODHA sangat terbantukan. Tak perlu harus merogoh kocek jutaan,” ungkapnya.

Menurutnya, saat ini RSUD RM hanya bisa memeriksa status virus positif atau tidak. Bagi yang sudah positif, diperlukan lagi mesin untuk melihat jumlah virus yang menyebar ditubuh penderita. Bila jumlahnya kecil, tentu para penderita masih bisa berkesempatan untuk di obati dan di cegah penyebarannya.

“Dengan alat itu, para penderita bisa mengikuti program untuk berkeluarga dan memiliki anak. Sebab, bisa saja ODHA punya anak negatif bila jumlah virus yang berada ditubuhnya masih sedikit,”jelasnya.

‎Sementara A, salah satu penderita HIV mengatakan mereka sangat butuh adanya mesin veraload. Tanpa mesin itu, Efektivitas obat yang diminum, sulit diukur.‎ Dengan adanya alat ukur itu, mereka bisa tahu dan punya kesempatan untuk mengikuti program membangun keluarga dan punya anak. “Kami perlu tahu jumlah virus dalam diri kami. Agar, kami yang sudah terinveksi bisa ikut program punya anak,”katanya.

Selain itu, lanjutnya, ODHA sangat mendukung program pemerintah untuk menekan penyebaran HIV. Makanya, para ODHA harus dibantu untuk mengikuti program pembinaan agar tetap optimis menjalani hidup. Ketika virus yang tersebar masih sedikit, tentu masih besar peluang untuk tetap hidup normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: