Kiswah Kabah; Dapat Sebagai Obat Penyakit ?

Kiswah Kabah; Dapat Sebagai Obat Penyakit ?

Oleh Abd.Mukti,S.Ag

      MEMALUKAN ! Itulah kesan pertama penulis ketika membaca berita tertangkapnya seorang jamaah umrah asal Indonesia dalam kasus pencurian dan perusakan kain sutera (kiswah) penutup ka”bah,pada 28/2/2014. Ia adalah Nur Jannah binti Amin Sardjo (56) warga asal Pangkep Sulawesi Selatan. Tribun News,3/3/20014.

      Tak ayal, ia pun akhirnya ditangkap tangan syurthah ka”bah atau polisi khusus ka”bah  Masjid al-Haram Makkah, atas tuduhan pencurian dan perusakan kain penutup ka”bah. Dan akhirnya ia pun ditahan di penjara khusus wanita Tan”im Makkah Saudi Arabia.

      Menurut pengakuan Nurjannah, tindakan menggunting kain penutup ka”bah yang terbilang nekad itu adalah untuk memperoleh berkah dan kesembuhan cucunya di Bungoro, Pangkep,Sulawesi Selatan. Cucunya itu, sudah berusia 4 tahun namun belum bisa berbicara.\"Dengan meminum air yang dicelupkan potongan kain Kiswah itu, saya berharap cucu saya bisa ngomong. Tidak banyak yang saya gunting, hanya sebesar jempol,\" kata Nurjannah, seperti dikutip salah seorang staf KJRI di Jeddah, Fauzy Chusny di akun media sosial yang diperoleh Tribunnews.

      Pertanyaanya,apa hukumnya tabarruk atau mengambil berkah kain kiswah ka”bah itu untuk kesembuhan suatu penyakit.? Inilah yang perlu mendapat jawaban yang tampaknya sikap tabarruk ini tidak saja dilakukan oleh Nurjannah dalam kasus diatas,tapi juga dilakukan oleh kebanyakan umat Islam. Tidak sedikit umat Islam yang masih meyakini adanya benda  yang dianggap “keramat” yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan suatu penyakit.Bahkan ada yang mempercayai bahwa ada benda-benda yang dianggap “keramat” yang bisa dijadikan sebagai jimat untuk kekuatan dan pesugihan.

      Di dalam buku”Benteng Tauhid”, karya Syekh Abdul Rahman As Sa”dy,dkk disebutkan sebagai berikut :”Termasuk yang dapat merusak tauhid, meminta berkat (tabarruk) kepada seseorang atau mengusap-usap tubuhnya dan mengharapkan berkah daripadanya. Atau mencari berkat di pohon-pohon, batu-batu dan lain-lain. Bahkan ka”bah sendiri tidak boleh mengusap-usapnya dengan tujuan mencari berkah”,”Benteng Tauhid”, hal 9.

      Ini artinya bahwa tindakan Nurjannah yang menggunting kiswah ka”bah untuk diambil berkahnya (tabarruk) sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit cucunya,menurut pendapat ulama diatas dapat merusak tauhid. Dengan demikian perbuatan itu dapat menjerumuskan pelakunya kepada kesyirikan, yakni menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya. Dan syirik adalah merupakan dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” QS.an-Nisa”: 48.

      Umar bin Khatthab ra. Ketika mencium Hajarul Aswad pernah berkata :”Sesungguhnya aku tahu, bahwa kamu adalah sebuah batu yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat. Kalau bukan karena aku pernah melihat Rasulullah saw menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu”, ibid hal.9.

     Dalam aqidah Islam sangat jelas dan tegas bahwa minta tolong dan perlindungan kepada selain Allah SWT hukumnya syirik. Karena hanya Allah-lah yang dapat memberikan manfaat dan madharat. Aqidah atau keyakinan ini begitu prinsipnya, sehingga setiap shalat kita mengucapkan dalam surat al-Fatihah ,“Iyyaka na”budu wa iyyaka nasta”in” (hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan). Surat al-Fatihah ini sebagai salah satu rukun shalat yang wajib dibacanya setiap melakukan shalat.

      Rasulullah saw bernah berkata kepada Ibnu Abbas ra. :”Apabila kamu ingin meminta sesuatu, maka mintalah hanya kepada Alah, dan apabila kamu meminta pertolongan, maka minta pertolonganlah hanya kepada Allah. Dengan demikian, tahulah kita bahwa berdo”a meminta sesuatu kepada selain Allah adalah terlarang.

      Termasuk yang dapat merusak aqidah tauhid adalah terlalu menggantungkan harapan atau nasib kepada sebab atau usaha, seperti menggantungkan nasib kepada dokter, pengobatan, pekerjaan, dan lain-lain, tanpa menghiraukan sikap tawakkal kepada Allah. Padahal, yang disyariatkan ialah menempuh segala sebab atau usaha itu seperti berobat dan mencari rezeki dengan tetap menggantungkan harapan kepada Allah, bukan kepada usaha.

Prinsip Pengobatan Rasulullah SAW

      Salah satu prinsip pengobatan yang diajarkan Rasulullah saw adalah keyakinan bahwa Allah SWT Yang Maha Penyembuh. Bila memperhatikan pengobatan modern sekarang sungguh banyak yang bertolak belakang dengan prinsip pengobatan Rasulullah Saw. Manusia sekarang banyak beranggapan bahwa obat bisa menyembuhkan penyakit. Keyakinan ini adalah keyakinan yang batil bahkan bisa menjurus kepada syirik. Seorang ulama dari Malaysia H Ismail bin Ahmad mengungkapkan bahwa rata-rata pasien muslim yang berobat ke rumah sakit, setelah sembuh sakitnya mereka semakin jauh dari Allah Swt dikarenakan mereka memiliki keyakinan yang salah bahwa yang menyembuhkan mereka adalah obat disamping obat-obatan tersebut tidak bisa dipastikan kehalalannya.

      Sebaliknya, Rasulullah mengajarkan bahwa Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Penyembuh. Allah berfirman, “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkan aku.” (Asy Syu”ara:80). Keyakinan ini akan membantu pasien untuk tenang dan dekat kepada Allah yang pada akhirnya akan mempercepat proses kesembuhannya. Itulah sebabnya Rasulullah saw selalu mengajarkan orang yang sakit untuk berdoa kepada Allah Swt. Salah satu doa” yang matsur adalah do”anya Nabi Yunus : “Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimiin” atau doa sebagai berikut :

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: