Tehnik Memilih Caleg Secara Obyektif

Tehnik  Memilih Caleg  Secara Obyektif

(Solusi bagi kaum Golput)

Navarin Karim

Pemilu legislative hari Rabu tanggal 9 April 2014 tidak sampai 3 minggu lagi, namun masih banyak masyarakat yang bingung siapa yang akan dipilih? Bahkan masyarakat yang ekstrim dan merasa tidak ada perubahan yang significant dengan bergantinya pimpinan, menyikapi dengan mengatakan golput ajalah. Golput adalah golongan pemilih yang tidak memilih karena alasan idiologis.  Padahal kalau kita ikut partisipasi memilih akan dapat pahala ketimbang tidak memilih karena golput . Penulis analogikan bagi umat muslim, bahwa memilih pasangan hidup untuk membina rumah tangga adalah sunah rasul. Siapa yang melaksanakan sunah rasul tentu akan mendapat pahala.  Ada pula yang tidak mau berkeluarga karena tidak menemukan pasal idealnya. Orang katagori inilah yang tidak mendapat pahala. Demikian juga dengan kalangan golput, berarti dia tidak menemukan pilihan idealnya, dust dia tidak dapat pahala.  Seharusnya dia turunkan kadar idealnya, maka untuk yang akan membina rumah tangga pasti akan mendapat pasangannya dan atau bagi para golput pasti akan punya pilihan. Type ideal itu sebenarnya relative dan kalau kita tetapkan paksakan idealisme mencari yang ideal, maka kita akan lebih terjebak dalam bayang-bayang utopia.  Harus diingat bahwa kita tidak akan menemukan type terbaik, tetapi akan lebih bijaksana kalau kita mencari yang lebih baik dari nominasi yang tersedia. Jika kita berfikir lebih realistis, maka  sebenarnya kita akan dapat  menyelesaikan persoalan tersebut secara wise.

Pada kesempatan ini, penulis mencoba menawarkan teknik memilih secara obyektif, bukan hanya berguna bagi pemilih yang masih bingung maupun kalangan golput dalam  menentukan pilihan pada hari Pemilu nanti.

Langkah-Langkah Menentukan Pilihan

Pertama. Tentukan variable criteria calon yang akan anda pilih di dapil anda.  Penulis menawarkan sembilan varibel. Variabel ini boleh ditambah atau dikurangi sesuai dengan persepsi anda. (a) Memiliki jiwa kenegarawanan.  Hal ini dapat diidentifikasi dari perilaku caleg yang lebih mendahulukan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi dan golongan. Seperti Butet Manurung pelaku (real) dalam film Sekolah Rimbo, atau relawan yang terlibat dalam membantu masyarakat secara ikhlas manakala terjadi bencana alam. Bisa juga seseorang yang menampung dan mengelola anak-anak panti asuhan,dan lain sebagainya. (b) Punya pengalaman organisasi, misal pernah di OSIS, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Organisasi Kemasyarakatan dan lain sebagainya. (c) Berkualitas. Dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, apakah si caleg berasal sekolah dan Perguruan Tinggi yang baik/ternama? Bukan yang berasal dari sekolah atau Perguruan Tinggi abal-abal. Dengan mengetahui ini kita akan cenderung memilih  caleg yang berasal dari kalangan selected people. (d). Berintegritas, bermoral dan tidak cacat hukum. Berintegritas berarti seorang yang satu kata dengan perbuatannya. Bermoral, seperti taat melaksakan kewajiban agamanya, tidak judi, tidak pernah terlibat dalam dugem, tidak narkoba dan serta tidak sedang dalam proses/menjalani hukuman. (e) Profesional di bidangnya, lebih diutamakan professional dalam regulasi, pengawasan dan anggaran. (f) Punya prestasi dan Reputasi. Misalnya punya prestasi di sekolah/mahasiswa, prestasi kerja, dan penghargaan-penghargaan yang dapat meningkatkan reputasinya. (g) Kemampuan komunikasi. Ini penting, kita bisa melihat bagaimana seseorang mengekspresikan pendapatnya. Bukankah legislative/parlemen itu berasal dari kata parle (bicara/talk), artinya seorang legislator dituntut pintar bicara/ngomong. (h) Melalui mekanisme (tidak meloncat-loncat). Kalau baru pertama  di calonkan di Legislative kabupaten Kota/Kabupaten, apakah yang bersangkutan memang kader murni partai dan telah lama menjadi kader partai tersebut? Jika sebagai caleg Provinsi, apakah pernah sebagai caleg di kabupaten/kota? Jika sebagai caleg DPR RI, apakah pernah sebagai caleg provinsi? (i) Kemampuan financial. Apakah sicaleg mempunyai kemampuan ekonomi yang mandiri. Itu perlu di deteksi mengingat untuk sosialisasi dan saksi pemilu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak punya uang, dikhawatirkan ia akan ditalangi bosisme dan jika menjadi legislator ia akan berhutang budi.

Kedua.  Kenali nominasi anda dan tentukan 3 sampai 5 orang masuk dalam nominasi pilihan anda. Ketiga. Buatkan matriks untuk nominasi caleg anda pada kolom vertical dan  variable criteria pada baris matriks.  Keempat. Berikan nilai kuantitatif dengan rentang 0 sampai dengan 100  sesuai keinginan anda pada masing-masing kolom caleg yang disesuaikan dengan  variable criteria yang telah ditentukan. Kelima. Jumlahkan nilai masing-masing kolom ke bawah. Jumlah nilai tertinggi pada suatu kolom, berarti itulah pilihan anda. Selamat mencoba dan dengan demikian anda tidak bingung dan terjebak golput.

(Penulis Ketua Pelanta (NIA 201307002) dan Dosen PNSD Kopertis Wilayah X dpk Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: