>

Mengkonstruksi Pengetahuan dan Keterampilannya Sejak Dini

Mengkonstruksi Pengetahuan dan Keterampilannya Sejak Dini

Oleh :  Mulyani,M.Si

MENURUT UU No. 20/2003 tentang system pendidikan nasional pada pasal 1 butir 1 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, masyarakat, bangsa, dan negara. Kurikulum 2013 pada awalnya banyak menuai pro dan kontra untuk diimplementasikan dalam system pendidikan di Indonesia. Pada awal tahun ajaran 2013/2014 pemerintah mulai melaksanakan program piloting untuk pelaksanaan kurikulum 2013 disekolah, baik ditingkat SD,SMP, maupun SMA. Ditingkat sekolah dasar, untuk Provinsi Jambi ada sekitar 34 sekolah yang harus mengikui program piloting ini. Untuk kota Jambi sendiri, ada sekitar 15 sekolah dasar negeri maupun swasta diikutsertakan didalamnya.

Dari hasil bincang-bincang dengan beberapa rekan guru yang sedang melaksanakan program piloting untuk kurikulum 2013 ini ada beberapa kendala yang ditemukan dalam pengimplementasian kurikulum 2013. Yang pertama, sulitnya mengatur jadwal pelajaran. Dimana selama ini sudah terbiasa dengan jadwal pelajaran per mata pelajaran dan sekarang dirubah menjadi pertema. Dalam tiap tema dipecah menjadi subtema yang harus diselesaikan dalam rentang waktu tertentu (misalnya 1 bulan), sehingga tidak bisa dibuat jadwal pelajaran tetap sebagaimana biasanya jadwal pelajaran bisa dipakai selama satu tahun ajaran. Kendala kedua terjadi kegamangan dimana siswa butuh penyesuaian dari pola per mata pelajaran menjadi tematik. Siswa masih sering bertanya secara spontanitas kepada guru “Bu, kita sekarang belajar mata pelajaran apa? Matematika, Ipa, atau Ips?” Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena bagaimanapun suatu system yang baru dalam pendidikan memang membutuhkan waktu untuk penyesuain, baik oleh peserta didik, pengajar, maupun elemen lain yang terkait dalam system tersebut. Kendala ketiga, buku materi yang disediakan oleh pemerintah masih kurang lengkap sehingga masih diperlukan buku-buku lain sebagai penunjang bagi guru untuk memperkaya materi yang akan dipelajari bersama murid di kelas. Kendala keempat adalah penilaian proses dan hasil pembelajaran. Ada 3 aspek penilaian yang harus dilihat oleh pendidik dalam kurikulum 2013. Aspek yang pertama adalah penilaian kompetensi sikap (afektif) melalui observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik. Aspek kedua adalah penilaian kompetensi pengetahuan (kognitif) melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Sedangkan aspek yang ketiga adalah penilaian kompetensi keterampilan. Kesulitan dalam hal penilaian adalah tahap mendeskripsikan nilai angka kedalam bentuk deskripsi dari penilaian ketiga aspek tersebut. Pada pelaksanaan system pendidikan KTSP 2006 hasil evaluasi siswa pada buku rapor tiap akhir semester hamper seluruhnya berupa angka. Sedangkan pada pelaksanaan kurikulum 2013 ini nilai harus dikonversikan kedalam bentuk deskripsi secara verbal.

Disisi lain, ada beberapa kelebihan dalam system kurikulum 2013. Meskipun memang terlalu dini untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari system pendidikan kurikulum 2013 ini, karena belum diimplementasikan sepenuhnya dan baru program piloting dimana belum dilaksanakan secara keseluruhan. Namun ditemukan beberapa hal yang menurut saya merupakan kelebihan dari kurikulum 2013. Diantaranya adalah materi pelajaran sesuai dengan umur dan tahap perkembangan anak (peserta didik) dimana tingkat kesulitan sesuai dengan usia anak (peserta didik), siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar,  buku pelajaran yang dibawa ke sekolah tidak terlalu banyak dimana pada system KTSP 2006 siswa harus membawa buku sejumlah mata pelajaran yang dipelajari setiap hari, rencana program pembelajaran (RPP) menjadi lebih ringkas, guru (pendidik) juga dipacu untuk lebih kreatif dalam proses KBM dikelas. Khusus di Sekolah Islam Terpadu selain melaksanakan pembelajaran tematik terpadu juga dimasukkan nilai-nilai ke IT-an (Islam Terpadu) dalam setiap tema ataupun subtema dalam proses KBM. Selain itu, juga menggunakan media-media pembelajaran yang lebih kreatif, contonya yaitu jari pintar dan jendela pintar. Hal ini dilakukan agar peserta didik merasa fun dan enjoy saat mengikuti KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

Dari hasil observasi saya terhadap pelaksanaan program piloting kurikulum 2013, khususnya disekolah tempat saya bekerja, ada hal substansif yang layak dicermati dan sangat menonjol dari system kurikulum ini. Yakni aspek pembentukan sikap kemandirian dan kreatifitas anak sejak dini disekolah serta keaktifan dalam merekonstruksi pengetahuan. Anak dipacu untuk berfikir kreatif dan mandiri. Sebagai contoh, siswa kelas 1 SDIT Nurul Ilmi Jambi belajar membuat donat dalam proses belajar tema 5 (Pengalaman) untuk subtema pengalaman bersama teman. Dimana siswa benar-benar melakukan  tahap demi tahap proses pembuatan donat. Selain kegiatan membuat donat para siswa/i juga melakukan kegiatan menanam pohon jagung di polybag (subtema pengalaman disekolah). Melalui kegiatan menanam ini ciri khas kurikulum 2013 yaitu aspek saintifik sangat terlihat.  Kegiatan ini mendorong siswa untuk menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Disini siswa mengamati pertumbuhan jagung mulai dari biji,hingga tanaman jagung dewasa. Kegiatan lainnya yakni membuat boneka dan mobilan dari plastisin (subtema pengalaman bersama teman), membuat figura dari stik (subtema pengalaman masa kecil), membuat kalung dari batang daun papaya (subtema pengalaman berkesan), membuat kupu-kupu mainan dari origami (Tema 6. Lingkungan bersih,sehat, dan asri), serta membuat kartu ucapan terimakasih untuk petugas kebersihan  dengan bahan kertas. Dengan demikian anak belajar dengan cara learning by doing dan learning trough experience dimana guru disini berperan sebagai pembimbing, pengawas dan mediator bagi siswa untuk mempelajari suatu tema tertentu. Peserta didik diarahkan untuk belajar mandiri dan memacu kreatifitasnya sejak dini. Menurut saya hal ini sesuatu yang sangat menarik dimana selama ini anak didik melalui kurikulum sebelumnya cenderung menjadi robot penghafal, yang harus menghafal definisi demi definisi yang nantinya akan diujikan dalam suatu system ujian yang menilai peserta didik secara parsial dari keseluruhan kemampuan yang sebenarnya dimilki. Disisi lain, untuk mencapai tujuan ini guru sebagai ujung tombak dari pelaksanaan kurikulum 2013 ini harus mendapatkan sosialisasi dan pelatihan yang cukup agar tidak terjadi kegamangan dan kegalauan dalam melaksanakannya. Agar pelaksaan dilapangan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Guru juga harus senantiasa meningkatkan kreatifitas dan memperkaya wawasan keilmuannya secara mandiri sehingga bisa membimbing anak didik lebih baik, bagaimana mungkin teko yang kosong dapat mengisi gelas-gelas kosong yang butuh untuk diiisi dengan air pelepas dahaga para pencari ilmu yang haus akan ilmu pengetahuan.

( Penulis adalah Staff pengajar di SD IT Nurul Ilmi Jambi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: