Indeks Daya Saing Indonesia Naik

Indeks Daya Saing Indonesia Naik

JAKARTA - Kabar baik berhembus jelang pemberlakuan AFTA (ASEAN Free Trade Agreement) 2015 nanti. World Economic Forum (WEF) telah mengeluarkan pemeringkatan The Global Competitiveness Index/GCI (indeks daya saing dunia) periode 2013-2014. Hasilnya posisi Indonesia naik 12 peringkat.

 Pada pemeringkatan GCI periode 2012-2013 posisi Indonesia berada di urutan ke-50 dari 144 negara dengan skor/indeks 4,4 (skala 1-7). Posisi ini menunjukkan penurunan dibandingkan hasil pemeringkatan GCI periode 2011-2012 yang mendudukkan Indonesia di-ranking 46.

 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh kemarin membeber hasil pemeringkatan GCI periode 2013-2014. Pada periode ini posisi Indonesia terkerek ke posisi 38 dari 148 negara, dengan skor/indeks 4,53 (skala 1-7). \"Naik sebanyak 12 tingkatan ini, menambah kepercayaan diri Indonesia menyambut penerapan AFTA 2015,\" katanya.

 Menteri asal Surabaya itu mengatakan banyak sekali komponen yang dinilai untuk menetapkan indeks daya saing tadi. Dalam paparannya indeks daya saing Indonesia ini menjadi yang tertinggi diantara negara-negara kategori efficiency-driven economy. Atau negara-negara dengan catatan gross domestic product (GDP) USD 3.000 \" USD 8.999 per kapita.

 Nuh mengatakan dunia pendidikan ikut mendorong peningkatan indeks daya saing Indonesia tadi. Diantaranya adalah menyumbang skor penilaian untuk komponen kesehatan dan pendidikan dasar (health and primary education). Untuk komponen ini menyumbangkan skor 5,7. Sedangkan untuk pendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training) menyumbang skor 4,3. Terakhir urusan inovasi turut andil memberikan skor 3,8.

 \"Skor yang dicatatkan pendidikan dasar itu tidak lepas dari peningkatan APK (angka partisipasi kasar, red) di pendidikan dasar,\" jelasnya. Nuh mengatakan APK jenjang SD sudah tuntas 100 persen. Begitu juga untuk APK jenjang SMP juga terus meningkat.

 Sedangkan APK pendidikan tinggi saat ini tercatat 29,87 persen. Itu artinya dari seluruh populasi masyarakat usia 19-23 tahun, persentase yang kuliah sebesar 29,87 persen. APK ini meningkat dibandingkan data awal 2009 sebesar 21,60 persen. \"Peningkatan APK di pendidikan tinggi akan terus kita dorong,\" ujarnya.

 Diantara jurus untuk meningkatkan APK di pendidikan adalah, menambah daya tampung di PTN yang sudah ada saat ini. Kemudian pendirian PTN baru di wilayah perbatasan. Lalu memberikan mandate kepada PTN yang berkualitas bagus untuk membuka kelas di luar domisili. Cara lainnya adalah meningkatkan keterjangkuan biaya kuliah di PTN serta terus memperbaiki kualitas di PTS.

(wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: