Dapil Neraka Tersaji di Jambi

Dapil Neraka Tersaji di Jambi

Oleh : Hadi Suprapto Rusli

 PADA dasarnya keterwakilan perempuan di Indonesia mengalami pasang surut, yang pada  kenyataanya  banyak  sekali  tantangan  untuk  duduk  di  parlemen,  sehingga  berefek kepada psikologis dari  kaum perempuannya itu sendiri,  mereka sangat enggan berdekatan dengan wilayah-wilayah politik, tetapi mereka lebih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial,  padahal  kalau melihat  jumlah penduduk di  Indonesia itu  lebih banyak perempuan.

Persoalan  kultural  yang melekat  pada pemahaman masyarakat  terhadap peran  perempuan adalah  peran  domestik  perempuan  yang  masih  kuat.  Hal  ini  bisa  dibongkar  dengan memberikan  pemahaman  yang seimbang tentang sadar  jender  dan  perlunya peran  politik perempuan  dalam  demokrasi.

Akhirnya  yang  perlu  terus  menerus  dilakukan  adalah pendidikan politik dan advokasi oleh aktivis jender dimanapun berada, baik di LSM, partai politik,  organisasi  dakwah,  pers,  lembaga-lembaga  wanita  dan  lembaga  lainnya  yang komitmen terhadap perjuangan perempuan.

Peran perempuan menuju parlemen perlu untuk dicermati, jika kita mengacu kepada daerah  Pemilihan  Jambi  maka akan  tersaji  nama-nama besar  yang akan  bertarung untuk menuju parlemen. Pada Pemilu 2009  Partai  dengan perolehan suara tertinggi adalah PAN dengan suara sebanyak  242.576 suara, di susul Demokrat sebanyak  219.446 suara, Golkar169.254 suara, PDI Perjuangan  116.184 suara dan HANURA sebanyak  87.019  suara. Dan Caleg  terpilih  dengan  perolehan  suara  tertinggi  adalah  Ratu  Munawaroh  Zulkifli  dengan suara sebanyak 157.651 suara dari Partai  Amanat  Nasional.

Sedangkan pada tahun 2014 nama Ratu Munawaroh tidak ikut ambil bagian,  bukan berarti persaingan bagi politisi perempuan menuju parlemen semakin mudah, justru semakin berat dengan istilah “Dapil Neraka”  tersaji di Dapil Jambi. Mengapa demikian? Karena pada pemilu 2014 kali ini tersaji nama-nama besar yang tampil untuk menuju senayan.  Sebut saja pertama Indrawati Sukadis caleg dari Partai Demokrat  yang sekarang merupakan incumbent dan juga sebagai bendahara umum DPP Partai penguasa yaitu partai Demokrat dan secaraemosional memiliki hubungan yang sangat dekat dengan istri orang nomor satu di Republik Indonesia yaitu Ani Yudhoyono.

Di samping kedekatan emosional,  disisi  lain sepak terjang politisi ini juga harus diperhitungkan karena rajin turun ke daerah pemilihan. Nama lain adalah Selina Gita dari partai Golkar, beliau adalah incumbent dan anak kandung dari tokoh politik senior dan juga mantan bupati Bungo Tebo selama dua periode. Disamping memiliki keluarga besar di wilayah Tebo dan Bungo beliau juga seorang incumbent yang barang tentu memiliki keleluasan untuk menyapa konstituennya.

Ketiga ada nama  Elviana. Tokoh perempuan satu ini  sekarang adalah anggota DPD RI yang incumbent maju di  DPR RI dengan memakai perahu PPP. Dengan modal perolehan suara 2009 dan incumbent menjadi modal dasar bagi seorang Elviana untuk melenggang ke senayan.

Keempat ada nama Hj. Haritia Ambiar beliau adalah tokoh politik perempuan yang memiliki basis riil di Kabupaten Sarolangun dan beliau sebagai  Ketua  DPD  Golkar,  tentunya  tidak  bisa  dipandang  sebelah  mata. 

Kelima  Esrita Usman Ermulan beliau adalah istri bupati Tanjung Jabung Barat yaitu Usman Ermulan, nama besar suaminya yang juga pernah maju sebagai calon gubernur dan sekarang seorang bupati patut  untuk  diperhitungkan  terutama  berbasis  di  Tanjung  Jabung  Barat.

Siapa  diantara srikandi ini  yang akan mewakili  Jambi untuk di DPR RI sangat menarik untuk ditunggu. Semua tergantung dari: pertama, investasi  sosial yakni sejauh mana kontribusi sang calon tersebut  terhadap masyarakat selama ini, kedua adalah strategi pemenangan, jika maju tanpa strategi pemenangan maka diistilahkan dalam seni perang adalah berperang tanpa strategi itu Ngawur alias Bunuh Diri. 

Ketiga adalah memiliki modal capital,  capital sangat perlu tapi bukan segala-galanya. Capital dibutuhkan untuk menggerakkan tim sukses dan operasional.Jika salah satu tidak dimiliki oleh calon maka harus siap-siap untuk menerima kekalahan. Karena nama besar yang melekat tidak bisa menjadi sebuah jaminan untuk bisa melenggangdengan manis menuju parlemen.

Peluang keterwakilan tersebut haruslah diimbangi dengan tanggung jawab moral, baik di tingkat idealisme maupun implementasi. Itu jelas tergantung dari seberapa kuat idealisme, tanggung jawab dan konsistensi perjuangan mereka dalam gelanggang politik. Sangat kita sesalkan jika mereka berhasil duduk di parlemen hanya semacam gincu formalitas politik yang merugikan kepentingan rakyat, jangan sekadar memperbesar suara partai, tetapi jugaharus meningkatkan kemampuan dalam merespons isu-isu strategis di mata publik.

Artinya,siapapun boleh duduk di  DPR RI mewakili  Jambi  tanpa harus  melihat  nama besar  yang melekat  pada  diri  caleg  perempuan  tersebut,tapi   harus  diimbangi  dengan  meningkatnya kemampuan, kualitas pemahaman serta komitmennya dalam menyuarakan suara rakyat  Jambi di parlemen. (Peneliti dan Pengamat Politik Indo Barometer)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: