Malaysia Bangun Smelter Rp 7,7 Triliun
JAKARTA - Perusahaan Malaysia berencana membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) alumina senilai USD 700 juta (Rp 7,7 triliun) di Kalimantan. Nilai investasi itu sudah termasuk pembangunan pembangkit listrik yang diperkirakan mencapai Rp 700-800 miliar.
\"Perusahaan Malaysia itu sebenarnya sudah mempunyai smelter pembuat aluminium di Serawak, namun selama ini smelter milik perusahaan tersebut masih mengimpor alumina dari Australia sebagai bahan baku aluminium,\" ujar Staf Khusus Menteri Perindustrian, Benny Wahyudi kemarin (13/5).
Ia mengungkapkan, sebagai bahan baku untuk membuat alumina adalah bauksit yang banyak terdapat di Kalimantan. Dengan begitu, pendirian pabrik ini bermaksud untuk mendekati sumber bahan baku untuk mengurangi biaya produksi.\"Jadi kalau bangun smelter di Kalimantan maka bisa lebih dekat dan mudah ke Serawak,\" ungkapnya.
Dengan memproduksi alumina di Kalumantan maka biata logistik pasti jauh lebih murah dibandingkan mengambil dari Australia. Sejauh ini perusahaan Malaysia yang akan membangun smelter ini sedang dalam proses menjalin kerjasama dengan perusahaan lokal yang memiliki izin pertambangan.\"Mereka sudah mendapat rekanan lokal,\" tuturnya.
Namun begitu, Benny mengaku perusahaan Malaysia tersebut belum menyebutkan perusahaan lokal yang akan diajak kerja sama. Kapasitas produksi dari smelter alumina yang akan dibangun di Kalimantan itu diperkirakan mencapai satu juta ton per tahun.\"Alumina yang mereka butuhkan itu 800 ribu ton untuk dikirim ke Serawak, sisanya untuk pasar Indonesia,\" tuturnya.
Benny mengakui dengan nilai investasi yang sangat besar, kewajiban membangun smelter memang menjadi hal yang berat bagi para pengusaha tambang. Ia sendiri tak pernah mengharapkan pembangunan smelter akan terbangun secara masif.\"Tetapi kalau melihat sekarang cukup banyak yang ingin bangun smelter kita juga jadi bersemangat bahwa program pemerintah (hilirisasi) berhasil,\" tegasnya.
Saat ini progres pembangunan smelter memang tidak selancar yang diharapkan pemerintah. Tetapi sejumlah smelter memang tengah dibangun. Setidaknya pemerintaj melihat ada komitmen dari para perusahaan tambang untuk membangun smelter tersebut.\"Dibandingkan lima tahun yang lalu setelah diberi masa transisi, tidak satu pun yang membangun,\" jelasnya.
(wir)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: