SK Pengangkatan Ditandatangani Soeharto sebelum Lengser
\"Targetnya, kami bisa menguasai semua kota besar di Brasil pada 2020,\" ujarnya bersemangat.
Saya sempat diajak Jose berkeliling Recife dengan mobil pribadinya. Mulai kawasan kota tua di Marko Zero, kawasan permukiman pantai di Praia Boa Viagem, hingga kawasan utara Kota Recife, Arruda.
\"Perempatan ini seperti di Bandung ya\" Saya selalu senang kalau lewat sini,\" ujarnya saat melintasi perempatan kecil yang padat tapi lancar.
Mobil kemudian mandek di depan sebuah gudang. Ternyata, gudang itulah yang dipakai Jose untuk mengamankan dokumen-dokumen penting seisi kota. Gudang seluas separo lapangan sepak bola itu sengaja tidak menggunakan listrik untuk penerangan. Pengelola khawatir terjadi korsleting listrik yang bisa mengakibatkan kebakaran.
Jose lantas menunjukkan ruang kerjanya. Ruangan berukuran 3 x 4 meter itu hanya berisi dua meja. Salah satu meja dilengkapi telepon dan kertas yang ditempelkan rapi di dinding belakang kursi. Kertas tersebut dilapisi plastik bening untuk membuatnya tetap awet. \"Ini surat pengangkatan saya menjadi konsul kehormatan untuk Indonesia di Recife,\" ujar Jose sambil memperlihatkan kertas yang telah dilaminating itu.
Dokumen pengangkatan Jose sebagai konsul kehormatan tertulis dalam bahasa Inggris. Surat tersebut ditandatangani dua pejabat terpenting Indonesia saat itu. Yakni, Presiden Soeharto dan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Surat keputusan tersebut bertanggal 17 April 1998.
\"Banyak yang mengatakan bahwa (surat) ini adalah salah satu dokumen yang ditandatangani Soeharto sebelum mundur sebagai presiden,\" tutur Jose yang hingga kini sudah 16 tahun menjalankan tugas sebagai salah satu perwakilan Indonesia di Brasil itu.
Memang, pada 1998, situasi politik di Indonesia sedang krisis. Gelombang unjuk rasa yang dimotori para mahasiswa menuntut Soeharto turun. Akhirnya, 21 Mei 1998, Soeharto benar-benar lengser.
Jose ditunjuk menjadi konsul kehormatan setelah kembali ke Recife. Dia ditawari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Brasil untuk menduduki jabatan diplomatik itu. Pemerintah Indonesia menganggap Jose mengenal Indonesia karena lama tinggal di Bandung. \"Saya langsung terima tawaran tersebut,\" tegasnya.
Jose juga memamerkan beberapa furnitur asal Indonesia yang dipakai kantornya. Salah satunya satu set meja kursi yang ditempatkan di depan gudang. \"Ini enak kalau buat duduk sore-sore,\" katanya sambil mengempaskan tubuhnya di kursi yang serat-serat kayunya terlihat jelas itu.
Perusahaan importer Jose yang dikelola temannya kini berkembang pesat. Di Recife saja terdapat empat toko furnitur yang sebagian besar menjual barang-barang produksi Indonesia. Kebanyakan dari Bali.
Toko-toko (lojas) furnitur itu diberi nama Jurandir. Saya sempat mengunjungi lojas Jurandir di pusat kota. Luas showroom furnitur itu mencapai empat lapangan voli. Di depan toko dipamerkan patung-patung dari Bali.
Jurandir memang menyasar konsumen kelas atas. Satu kursi dari rotan, misalnya, dihargai BRL 350 (Rp 1.750.000), sedangkan satu lemari sederhana BRL 1.600 (Rp 8 juta). Toko itu juga menjual barang-barang dengan poster penari Bali serta Presiden Soekarno. \"Ini dulu saya yang memulai,\" kata Jose.
Dia mengaku masih sering berkunjung ke Indonesia. Dalam setahun dia bisa 2-3 kali ‘pulang kampung\" untuk urusan bisnis. Tapi, sejauh ini Jose belum pernah mengajak anak-anak dan istrinya ke Indonesia. Karena itu, dia berniat suatu hari nanti bisa mengajak keluarganya.
Yang paling dirindukan Jose di Indonesia adalah makanan dan buah-buahan. Mulai nasi goreng, rambutan, hingga durian. Tiga makanan itu menjadi favoritnya. Terutama durian. Saking gemarnya, dia pernah membawa bibit durian ke Brasil agar bisa menikmatinya tanpa harus pergi ke Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: