>

Manisnya Pengorbanan

Manisnya Pengorbanan

0 Sevilla v Benfica 0

(Sevilla menang adu penalti 4-2)

 TURIN-Klub-klub asal Spanyol masih memberi bukti jadi yang terbaik di sepak bola Eropa. Setelah dipastikan menguasai Liga Champions karena dua tim asal kota Madrid, Atletico Madrid dan Real Madrid bertemu di final Liga Champions, Sevilla menambah dominasi Spanyol. Sevilla meraih gelar juara Europa League 2013-2014 setelah mengalahkan wakil Portugal, Benfica, di Juventus Stadium, kemarin (15/5) dinihari WIB.

                Drama adu penalti jadi penentu kemenangan Sevilla. Kedua tim bermain imbang tanpa gol dalam 2x45 menit, bahkan setelah melalui babak tambahn waktu. Benfica yang lebih menguasai jalannya pertandingan dan memiliki banyak peluang, tak beruntung saat adu penalti.

                Hanya empat algojo yang melalui drama adu penalti dari masing-masing tim. Dua eksekutor Benfica gagal menunaikan tugasnya, empat eksekutor Sevilla sukses menembus gawang Benfica yang dikawal Jan Oblak. Dua algojo Benfica yang gagal, Oscar Cardozo dan Rodrigo, tendangannya dimentahkan Beto, yang menjadi pahlawan Sevilla.

                \"Kapasitas tim ini untuk menjalani pengorbanan membawa kami pada keberhasilan. Kami telah menjalani siksaan melawan Real Betis, melawan Porto dan Valencia sama seperti yang terjadi di sini. Kami berkorban dan melewatinya,\" ungkap Unai Emery, pelatih Sevilla seperti dikutip Reuters.

                Perjalanan yang amat berliku memang harus dilalui oleh Sevilla untuk meraih gelar ketiga dalam kompetisi yang sebelumnya bertajuk Piala UEFA tersebut. Di fase knockout, langkah mereka sangat berat. Sejak babak 16 besar, mereka mencicipi kekalahan, tapi tetap lolos ke fase berikutnya.

                Sangat bertolak belakang dengan Benfica yang mulus-mulus saja dalam kampanyenya meraih gelar Eropa pertama kali sejak 1962. Setelah terlempar dari fase grup Liga Champions, tak sekali pun Benfica menderita kekalahan. Termasuk melawan Tottenham Hotspur di 16 besar dan Juventus di semifinal.

                Satu hal lain yang menunjukkan pengorbanan Sevilla lebih hebat adalah awal kompetisi Eropa. Sevilla sudah mengawalinya sejak Agustus saat harus melalui kualifikasi babak ketiga Europa League. Total, mereka melalui 19 laga untuk tampil sebagai jawara.

                \"Kami menjalani laga pertama pada Agustus ketika seharusnya kami berada di pantai untuk liburan. Tim ini menunjukkan solidaritas yang besar pada momen \"momen sulit dan ini jadi hadiah besar bagi kami,\" beber Emery.

                Praktis, Sevilla hanya memanfaatkan serangan balik untuk membahayakan gawang Benfica di laga final. Duet di jantung pertahanan Sevilla, Federico Fazio dan Nicolas Pareja, bekerja sangat keras menghalau gempuran Benfica. Meski penguasaan bola sama kuat, benfica lebih banyak memiliki peluang untuk membuka keunggulan.

                \"Kami bermain lebih baik, tapi di sepak bola, tim terbaik tak selalu menang. Kami punya lebih banyak peluang selama 120 menit, tapi tak satu pun yang kami manfaatkan,\" ujar Jorge jesus, pelatih Benfica.

                Tak urung, kegagalan melalui adu penalti kian melkatkan Benfica pada \"kutukan Bela Guttmann\". Guttmann adalah pelatih Benfica kala meraih predikat Raja Eropa secara back to back 1961 dan 1962. Karena tak mendapatkan perpanjangan kontrak setelah meminta kenaikan gaji, Guttmann meninggalkan Benfica disertai kutukan yang menyebutkan Benfica tak akan meraih gelar Eropa hingga 100 tahun berikutnya.

                Ditambah kekalahan dari Sevilla, artinya Benfica sudah delapan kali menjadi finalis kompetisi Eropa, tanpa sekalipun bisa keluar menjadi juara. Lebih menyakitkan adalah kekalahan di final kali ini adalah yang kedua secara beruntun setelah musim lalu takluk 1-2 dari Chelsea di kompetisi yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: