Bank Terancam Rugi Rp 5,7 Triliun
Jika Obligasi Korporasi Mengalami Gagal Bayar
JAKARTA - Melambatnya kondisi perekonomian global dan domestik memicu kewaspadaan adanya risiko pasar obligasi korporasi yang berpotensi mengalami default atau gagal bayar. Sebab kondisi gagal bayar tersebut juga bakal menyeret kerugian pada industri perbankan.
Merujuk data Bank Indonesia (BI) yang mengutip hasil penelitian Altman Z-Score, hingga akhir kuartal ketiga 2013, terdapat sembilan korporasi dalam distress zone yang masih memiliki kewajiban obligasi. Dari sembilan korporasi tersebut, delapan di antaranya merupakan debitur bank.
Dengan demikian jika diasumsikan delapan korporasi tersebut mengalami default dalam membayar pinjaman ke bank, potensi kerugian yang akan dialami oleh industri perbankan diperkirakan Rp 5,71 triliun. Angka itu mencakup 0,17 persen dari total penyaluran kredit industri perbankan. \"Mayoritas pinjaman korporasi tersebut berasal dari BUKU (bank umum kegiatan usaha) 4,\" ungkap Direktur Eksekutif Kebijakan Makroprudensial BI Darsono.
Darsono menambahkan, otoritas moneter melakukan simulasi potensi kerugian bank jika delapan korporasi tersebut mengalami default. Baki debet korporasi dalam distress zone BUKU 4 mencapai Rp 2,29 triliun dengan komposisi 0,16 persen dari outstanding kredit sebesar Rp 1.389,86 triliun. Sementara komposisi baki debet korporasi di BUKU 3 sebesar Rp 1,94 triliun atau 0,23 persen dari outstanding kredit Rp 852,86 triliun.
Sementara baki debet korporasi dalam distress zone pada BUKU 1 dan 2 masing masing hanya Rp 10 miliar dan Rp 1,47 triliun. \"Share di kedua BUKU ini minim. Yakni 0,04 persen dari total kredit BUKU 1, dan 0,17 persen dari total outstanding BUKU 2,\" jelasnya.
Darsono menerangkan, sepanjang semester dua 2013 lalu, adanya current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan, serta tingginya inflasi menyebabkan meningkatnya country risk Indonesia. Hal itu tercermin dari naiknya premi credit default swap (CDS).
Kondisi tersebut memicu kenaikan risk premium yang diminta investor untuk obligasi korporasi sehingga mayoritas kupon obligasi korporasi dengan rating yang sama mengalami peningkatan. \"Karena CDS kita naik, korporasi penerbit obligasi pun harus membayar biaya lebih tinggi,\" tuturnya.
(gal/sof)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: