Tokoh Muda Siap Bertarung Di Pilgub Jambi 2015
Dikatakan Syukur, apa pun langkah politiknya ke depan ia menyerahkan sepenuhnya kepada yang di Atas dan mana yang terbaik untuk masyarakat Jambi. “Selagi untuk kepentingan daerah, terbaik dan berguna untuk masyarakat kita siap,” katanya.
Demikian juga halnya ketika didesak soal pendamping Zumi. “Apa pun itu siap. Semuanya masyarakat yang menentukan, kalau saya berkehendak tetapi masyarakat tidak menginginkan juga tidak bisa,” pungkasnya.
Disinggung mengenai pembicaraannya dengan Zumi terkait Pilgub, ia enggan berkomentar. “Kalau arah Pilgub itu masih rahasia, kan masih ada waktu satu tahun lagi. Dengan seluruh bupati di Jambi saya komunikasi lancar semua. Dengan HBAjuga lancer, Zumi juga,” tandasnya.
Terpisah, Zumi Zola Zulkifli saat dikonfirmasi mengenai beberapa tokoh muda tersebut mengatakan, komunikasi yang dilakukan untuk menjaga silahturahmi dan menjaga pertemanan saja. Bukan bermaksud melobi-lobi politik terkait Pilgub 2015. “Saya hanya ingin melanjutkan hubungan baik yang selama ini telah terbina,” kata Zumi singkat.
Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya terkait munculnya wacana pasangan tokoh muda di Pilgub ini mengatakan, ini tergantung bagaimana mereka bisa meyakinkan kalangan pemilih senior.
“Ini bagaimana meyakinkan kalangan pemilih senior. Karena kadang-kadang masyarakat kita ini ada kecenderungan melihat kematangan seseorang itu dari usia. Walaupun sebenarnya usia tua belum tentu menjamin kematangan dan usia muda itu belum tentu menjamin ketidakmatangan,” tuturnya.
Namun menurutnya, usia pendamping ini akan berpengaruh. Jadi untuk memperkuat kepercayaan publik ada baiknya, misalnya Zumi Zola mengambil wakil yang berasal dari kelompok yang tidak terlalu muda.
“Ini soal kepercayaan publik, tradisi juga akan mempengaruhi perilaku memilihnya karena mungkin sudah terbiasa dengan yang senior. Mampu tidak mereka meyakinkan pemilih senior bahwa dengan pasangan muda ini bisa membuat Jambi lebih baik. Ini pertimbangan untuk kelompok pemilih yang diatas 30 tahun,” ujarnya.
Dari pengamatannya, Jafar menyatakan, di Jambi salah satu kombinasi cagub-cawagub sepertinya muda-tua atau tua-muda. Karena pelaku politik yang aktif itu yang berusia di atas 30, di bawah 30 itu juga aktif, tetapi mereka inikan belum mandiri baik itu secara ekonomi bahkan banyak diantara mereka yang belum berkeluarga.
“Relasinya hanya dikelompoknya saja, kalau yang sudah mapan relasinya itukan pemilih di atas 30 tahun. Segmentasi yang berpengaruh yang di atas 30 tahun ini,” imbuhnya.
Dikatakannya, secara teori, orang cenderung memilih orang lain yang dipersepsikan itu sama dengan cara berfikirnya. Jadi orang itu lebih cenderung melihat orang yang lebih senior dan dinilai memiliki kemampuan lebih dari yang junior.
“Kalau sama-sama muda dikhawatirkan begitu, tetapi kalau dia bisa meyakinkan yang muda ini bisa lebih dari yang tua, juga bisa mendongkrak suara mereka,” katanya.
Sedangkan untuk waktu penentuan pasangan, baginya itu tidak begitu berpengaruh. Karena kalau melihat pergerakan politik Jambi sekarang ini, wakil sepertinya sudah hampir tidak berpengaruh.
“Kecuali yang mungkin ada pengaruhnya itu terhadap wilayah asal wakilnya, tetapi kalau secara ketokohan tidak masalah. Karena referensi memilih orang Jambi itukan kedekatan dengan komunitas berdasarkan wilayah. Misalnya orang mudik memilih orang mudik, hilir milih hilir,” tandasnya.
Jadi soal sekarang atau nanti menentukan wakil itu tidak terlalu masalah, apalagi konteks pemilihan di Jambi sekarang aktornya hanya HBA dan Zumi. “Tinggal nanti dia menghitung milih dari barat atau timur, waktu tidak ada masalah. Karena HBA dan Zumi sudah sangat populer jadi tidak terlalu masalah kapan mau menentukan wakil,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: