>

Isu Tak Netral TNI Santer

 Isu Tak Netral TNI Santer

JAKARTA -  Isu ketidaknetralan beberapa anggota TNI dalam Pilpres kali ini makin mengemuka. Di Jakarta Pusat, sejumlah warga mengaku didatangi Babinsa yang mengarahkan mereka untuk memilih calon tertentu dengan dalih pendataan. Terakhir, muncul rumor jika perwira tinggi TNI AD bakal dicopot dari jabatannya akibat tidak netral.

       Rumor pencopotan itu awalnya berhembus ke arah jenderal bintang tiga. Namun, tidak ada pihak yang berani memastikan rumor tersebut. Mabes TNI juga langsung mengeluarkan bantahan terkait isu pencopotan. \"Tidak ada itu. Kalau untuk mengganti jabatan, harus lewat rapat Wanjakti. Sementara Panglima TNI sendiri (selaku ketua Wanjakti) masih di Surabaya,\" ujar Kapuspen TNI Mayjen Mochamad Fuad Basya saat dikonfirmasi kemarin.

       Menurut Fuad, hingga saat ini TNI tidak melakukan rotasi, apalagi sampai mencopot perwira tinggi. Yang ada, TNI menaikkan pangkat 28 perwira tingginya. Terdiri dari 14 pati TNI AD, 10 pati TNI AL, dan empat pati TNI AU.

       Bantahan serupa disampaikan pengamat militer Rizal Dharmaputra. Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis (Lesperssi)itu justru menyebut jika perwira yang bakal dicopot berlevel bintang empat. Perwira bintang empat asal TNI AD hanya Kasad Jenderal Budiman dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko.

       Rizal menuturkan, belakangan ini memang ada sinyalemen terjadinya upaya menarik dukungan dari perwira TNI aktif. Hal tersebut harus segera disikapi untuk menjaga netralitas TNI. upaya tersebut terlihat cukup jelas.

       Menurut dia, rumor perwira tidak netral yang beredar menyebut nama Jenderal Budiman. \"Saya memang mendengar jika dalam waktu dekat Kasad akan dicopot,\" terangnya. Pencopotan tersebut dilakukan karena dukungannya pada salah satu calon presiden. Rizal mendengar jika Budiman pernah mengikuti rapat dengan salah satu capres di sebuah hotel.

       Rizal mengatakan, pencopotan Kasad tidak akan berdampak banyak bagi TNI AD. Sebab, sebenarnya saat ini memang sudah masanya Kasad untuk diganti. \"Dampaknya tidak signifikan,\" jelasnya. Budiman yang lahir pada 1956 bakal pensiun akhir September tahun ini.

       Soal pihak mana yang mencoba menarik dukungan dari Kasad, Rizal menjelaskan bahwa kedua kubu capres memiliki potensi yang sama. Di pihak Jokowi terdapat mantan panglima TNI san mantan kepala BIN sebagai pendukung.

       Sedangkan, di kubu Prabowo terdapat dukungan dari sejumlah purnawirawan. Mereka juga potensial menggaet TNI aktif. \"Yang jelas, pihak yang bisa menarik TNI aktif itu potensinya paling besar menyasar purnawirawan yang paling dekat waktu pensiunnya. Jadi, saling kenal antara senior dan atasan,\" tambahnya.

(byu/idr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: