Prabowo Kembangkan Industri Kreatif, Jokowi Marketing Twitter
JAKARTA - Indonesia seharusnya bisa mengembangkan industri kreatifnya hingga dikenal dunia internasional. Bukan melulu jadi pasar tujuan berbagai produk industri negara lain. Hal seperti ini yang diinginkan kalangan pelaku industri kreatif dari pemimpin mendatang.
Pengamat industri yang juga Direktur Indeks Digital, Jimmi Kembaren menilai calon presiden Prabowo Subianto memberi contoh yang tepat dalam mengembangkan industri kreatif Indonesia. Dalam ajang debat capres yang digelar Minggu (15/6) lalu, Prabowo memberi contoh soal anaknya Didit Hediprasetyo Prabowo yang menjadi desainer dengan karya-karyanya banyak dipakai industri mode di Paris dan Amerika Serikat.
“Ini yang harusnya terjadi, industri kreatif Indonesia bisa berkembang menjadi pelaku bukan menjadi pasar industri dari bangsa asing,” jelas Jimmi saat dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (17/6).
Dia mengungkapkan, rancangan fesyen terbaru Didit Hediprasetyo Prabowo yaitu gaun Spring dan Summer telah dipamerkan di situs fashion ternama bersama deretan desainer kelas dunia lainnya.
Prestasi lain yang diraih Didit adalah menjadi perancang desain interior dan eksterior mobil BMW Individual 7 Series yang hanya diproduksi lima unit di dunia. Bersama Karl Lagerfeld, anak semata wayang Prabowo itu menjadi satu-satunya perancang Asia yang berkolaborasi dengan perusahaan otomotif bergengsi kelas dunia.
Hal sebaliknya justru dilihat Jimmi dari sosok Joko Widodo. Menurutnya, capres yang akrab disapa Jokowi itu tidak memiliki pemahaman tentang industri kreatif nasional. Itulah mengapa Jokowi menawarkan agar perusahaan pengelola jejaring sosial Twitter berinvestasi di Indonesia. “Kalau persepsi Jokowi seperti itu sama saja dengan menyediakan pasar bagi industri kreatif asing,” ujarnya.
Jimmi menambahkan, pelaku industri kreatif berbasis jejaring sosial seperti Twitter hanya menyerap sedikit tenaga kerja. Selebihnya, Indonesia justru menjadi pasar empuk bagi pengembangan Twitter.
Lebih jauh, lanjut Jimmi, sejatinya Indonesia memiliki kemampuan untuk mengembangkan perangkat sosial media yang sama seperti negara maju lain asalkan didukung. Dukungan dari pemerintah termasuk juga dalam bentuk proteksi, sebab sulit bagi pengembang sejenis untuk bersaing dengan Twitter yang memiliki modal sangat besar.
“Jika Jokowi paham konsep industri kreatif harusnya dia mendorong lebih banyak karya orang Indonesia yang berstandar tinggi. Harusnya dia mempercepat dan mempermudah kesempatan bagi karya kreatif orang Indonesia sendiri, bukan malah jadi marketing Twitter,” imbuhnya.
(jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: