Puasa dan Tahun Ajaran Baru
Oleh: Amri Ikhsan
Alhamdulillah, tahun ajaran baru 2014/2015 dimulai dalam bulan puasa. Tapi dalam menyingkapi awal tahun ajaran ini, para penentu kebijakan pendidikan ‘berebut’ mengeluarkan kalender pendidikan, sehingga sekolah sedikit kebingungan yang mana yang mesti diikuti: ada yang belajar 2 minggu, ada yang satu minggu dan ada yang libur total selama ramadhan.
Tapi sebenarnya, sekolah tidak memerlukan kalender pendidikan, sekolah sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam mendidik anak bangsa. Sekolah ‘hanya’ menginginkan komitmen dari pemerintah untuk memberi kepercayaan untuk ‘mengatur’ rumah tangganya sendiri, karena memang sekolahlah yang tahu potensi dirinya.
Oleh karena itu, sebelum diselenggarakan proses pembelajaran yang sebenarnya, mari kita jadikan ibadah puasa sebagai sekolah universal yang akan mempersiapkan diri untuk menghadapi sekolah yang sebenarnya.
Sebenarnya, Allah SWT menyiapkan Ramadhan sebagai ‘sekolah atau madrasah’ bagi kaum beriman untuk belajar, menuntut ilmu dan mengisi ulang (recharge) keimanan sebagai media membangun karakter dan peningkatan ketakwaan kita sebagai hambaNya. Di sekolah ini peserta didik (baca- orang yang beriman) belajar banyak hal berhubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minan-nas)
Karena harus diakui bahwa sebagian besar dari kita masih memandang ibadah puasa sebatas lapar, dahaga, dan mengantuk sehingga saat Idul Fitri tiba kita pun bersorak seolah terbebas dari ‘penjara’.
Sebagai sebuah sekolah, apakah memiliki kurikulum dan buku teks, apa apa saja yang dipelajari, siapa gurunya? bagaimana dengan ujian? Apakah ada ujian nasionalnya?
Apakah sekolah punya kurikulum? Sekolah ini memiliki kurikulum universal yang berisi kompetensi inti: Al-Baqoroh ayat 183 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” sedang kompetensi dasar: peserta didik diwajibkan mengenal dan melaksanakan wajib puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, sunnah puasa, makruh dilakukan saat berpuasa, dan hal yang membatalkan puasa.
Siapa peserta didik sekolah sekolah ini? Peserta didik sekolah ini adalah ‘siswa’ yang sudah lulus menjadi ‘orang yang beriman’. Bisa dipastikan ‘siswa’ yang belum lulus dipastikan belum sanggup mengikuti proses pembelajaran di sekolah ini karena proses pembelajarannya begitu ‘berat dan melelahkan’. Tapi bagi yang lulus, proses pembelajaran bisa diikuti dengan santai dan menyenangkan.
Apa saja materi pembelajaran di sekolah ini? Peserta didik di sekolah ini diajarkan, dibimbing, dibina dan dilatih untuk mengenal Tuhan, melatih disiplin waktu, keseimbangan dalam hidup, mempererat silaturahmi, lebih perduli pada sesama, berhati-hati dalam berbuat, berlatih lebih tabah, melatih hidup sederhana, memperkuat etos kerja, mengembangkan kecerdasan emosi dan spritual, melatih untuk bersyukur, mendorong dan mendidik manusia agar selalu belajar dalam rangka memperoleh dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dsb.
Apakah sekolah ini memilki Standar kompetensi lulusan (SKL), Ya, pasti ada, yaitu: peningkatan ketakwaan kita sebagai hamba Ilahi. Takwa adalah buah yang diharapkan dan dihasilkan dari menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Taqwa merupakan tujuan paripurna dari ibadah puasa yang tertransformasi dalam beragam aktivitas sehari hari. “Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”( Siyar A’lamin Nubala).
Apakah sekolah ini punya buku teks? Pasti, sekolah ini menggunakan Al-Qur’an dan Hadits sebagai panduan dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai dalam kedua ‘buku pelajaran’ ini menjadi rujukan bagi guru dan peserta didik dalam mengembangkan kompetensinya.
Kapan proses pembelajaran pada sekolah ini? Inilah keunggulan sekolah ini. Waktu proses pembelajaran berlangsung dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari (HR Ibnu Khuzaimah) setiap hari selama bulan ramadhan. Sekolah ini menerapkan disiplin tingkat tinggi dalam proses pembelajaran. Lewat setengah detik saja dari terbit fajar, bisa dipastikan ‘peserta didik’ itu tidak bisa mengikuti proses pembelajaran pada hari itu. Walaupun berdisiplin tinggi, sekolah ini memberi dispensasi kepada: (1) perempuan, sekolah ini sangat menghargai perempuan. Kalau perempuan itu ‘berhalangan’, dia diberi dispensasi untuk tidak mengikuti proses pembelajaran selama berhalangan tapi wajib mengikuti ‘remedial’ pada kesempatan yang lain dengan jumlah hari yang sama; (2) wanita hamil dan menyusui dengan kondisi tertentu; (3) orang sakit, orang yang bersafar, orang yang sangat tua dan pekerja berat dan dalam keadaan lemah dalam kondisi tertentu dan orang sakit yang tidak kunjung sembuh (Qardhawi,2007).
Siapa yang menjadi guru pada sekolah ini? Inilah keistimewaan sekolah ini. Guru dan tenaga pendidik di madrasah ini adalah diri sendiri. ‘Diri sendiri’ lah yang mengajar, membimbing, membina dan melatih diri sendiri berdasarkan ‘kurikulum’ yang sudah diberikan. Baik buruk kualitas diri sangat tergantung dari diri sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: