Lepas Jilbab, Berdandan Klimis, Ngaku Punya Teman Dekat
Sri Wahyuni setelah Ditetapkan sebagai Laki-Laki Sejati
Setelah sepuluh tahun berjuang, akhirnya Sri Wahyuni mendapatkan hak-haknya. Pengadilan Negeri Makassar dalam amar putusannya Senin (1/9) menetapkan Sri sebagai laki-laki tulen. Dia pun bertekad menyempurnakan kekurangan dengan \"mereparasi\" kelaminnya.
SRI SURYANDARI SYAM, Makassar
LANGKAH Sri Wahyuni begitu mantap sesaat setelah MC memanggil namanya kemarin (2/9). Dia terlihat percaya diri berjalan di hadapan sekitar 700 wisudawan dan para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar, tempatnya menempuh ilmu.
Ya, kemarin Sri patut berbahagia. Secara akademis dia telah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar S-1 bidang keperawatan. Hebatnya lagi, dia meraih gelar itu dengan indeks prestasi kumulatif 3,65 (sangat memuaskan). Prestasi yang layak diapresiasi di tengah tekanan dan hari-hari berat yang mesti dilalui Sri saat masih terkungkung dalam ketidakpastian identitas.
Namun, kemarin Sri sudah bisa mendongakkan kepala. Tampil sebagai laki-laki sejati di hadapan ratusan wisudawan yang memadati aula gedung LAN Makassar, Sri tidak lagi mengenakan hijab atau kebaya, pakaian perempuan yang sekian tahun dikenakannya setiap hari. Dia terlihat lebih klimis dengan seragam kemeja batik bermotif merah serta celana kain layaknya wisudawan laki-laki.
Teman-teman Sri telah memahami kondisi laki-laki kelahiran 6 Agustus 1991 tersebut. Hal itu terlihat dari cara mereka menyambut dan memperlakukan Sri. Dia seolah telah dianggap sebagai seorang laki-laki sejak dahulu. Begitu pula civitas academica Stikes Mega Rezky pada umumnya. Mereka tidak begitu kaget melihat Sri kini berdandan ala laki-laki.
\"Pada dasarnya, kami sudah lama mengetahui keadaan Sri, makanya kami tidak kaget lagi. Kami pun ikut bersyukur karena sahabat kami telah memetik buah perjuangannya sebagai laki-laki sejati,\" ucap Srianto Hardiawan, teman dekat Sri di Stikes Mega Rezky.
Seperti diberitakan, suasana haru terjadi di Ruang Sidang Sultan Alauddin PN Makassar, Sulawesi Selatan, Senin lalu. Sri Wahyuni tak kuat menahan tangis setelah hakim tunggal Muhammad Damis menetapkan dirinya sebagai laki-laki tulen. Dia langsung memeluk tubuh ibunya, Tarmini, sambil sesenggukan.
Adegan mengharukan yang berlangsung cukup lama itu membuat pengunjung ikut terhanyut. Beberapa di antara mereka bahkan meneteskan air mata. \"Mengabulkan permohonan pemohon dan menetapkan status pemohon yang awalnya perempuan menjadi laki-laki,\" kata hakim.
Meski matanya sembap, Sri tampak sangat lega. \"Hampir sepuluh tahun saya harus hidup sebagai perempuan karena belum jelasnya status jenis kelamin. Sekarang sudah jelas, saya lega sekali,\" ucap lelaki kelahiran Makassar, 6 Agustus 1991, itu, kepada Fajar (Jawa Pos Group).
Selama 23 tahun Sri hidup tertekan. Hampir selama itu pula dia harus memendam jati dirinya yang sebenarnya. Dia mesti bergaul dengan kawan perempuan, mengenakan pakaian perempuan ketika ke kampus, dan terpaksa berkerudung. \"Saya memakai jilbab karena saat itu status saya perempuan. Perempuan menurut Islam harus menutup aurat, memakai jilbab,\" tuturnya. Kendati telah menyadari dirinya adalah laki-laki, jilbab tersebut tidak pernah dilepasnya sejak SMP hingga kuliah semester VII.
Sri menceritakan tanda-tanda keanehan pada dirinya yang mulai dirasakannya saat duduk di bangku kelas VI SD Inpres Antang. Dia, yang diklaim orang tuanya sebagai seorang perempuan, hingga usia menjelang remaja tidak pernah merasakan tanda-tanda menstruasi. Keanehan tidak berhenti di situ. Dalam sebuah pemeriksaan, dokter menemukan dua buah zakar di kelamin Sri. Selain itu, payudara \"gadis\" tersebut tak tumbuh-tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: