>

Kualitas Udara Buruk, Penerbangan Delay

Kualitas Udara Buruk, Penerbangan Delay

JAMBI – Kabut asap yang terjadi di Provinsi Jambi dalam beberapa hari ini kian menebal. Kondisi ini banyak menimbulkan kerugian, seperti kesehatan terganggu, udara yang kotor, maskapai sering delay dan banyak kerugian-kerugian lainnya. Ditambah lagi, alat pengukur kualitas udara atau air quality meter rusak.

            Dengan kondisi seperti ini, BLHD Provinsi Jambi tidak bisa mengukur kualitas udara dan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU). Kabid Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran BLHD Provinsi Jambi, Ardi mengatakan, kondisi seperti ini memang sangat menggangu aktivitas. Diakuinya pula, dua hari ini ada penerbangan yang tidak bisa landing dan akhirnya landing di Palembang.

            “Kita tidak bisa memantau kualitas udara, karena alatnya sudah rusak dari tahun 2009 yang lalu, kita juga belum dapat penganti,” pungkasnya. Untuk menentukan gejala ISPU nanti, dikatakan dia, BLHD akan langsung melakukan pengecekan ke Dinas Kesehatan. “Kita lihat nanti, sejauh mana gejala masyarakat terkait dampak asap ini,” ujarnya.

Diakuinya, BLHD Provinsi Jambi memang mendapatkan bantuan tiga alat pemantau kualitas udara dari negara Singapura. Hanya saja alat tersebut sudah rusak, tiga alat tersebut terdapat di Muarojambi, BLHD Provinsi dan di Sungai Arang-arang. “Ketiganya bantuan dari Singapura,” tandasnya.

“Terakhir, saya juga berkomunikasi dengan BMKG, karena bisa mengukur dengan menggunakan alat mereka di Sub Sungai Duren, ternyata alat mereka juga rusak satu minggu yang lalu. Jadi, tidak bisa memantau udara,” tandasnya lagi.  

Untuk memantau kualitas udara dengan manual, diakuinya, tidak dapat menentukan langsung hasilnya. Terkait alat ini, dijelaskannya, pihak BLHD sudah menyurati Kementerian LH. Bahkan, pemerintah sudah dua kali melayangkan surat. Surat pertama disampaikan ke pusat pengelolaan eko region Sumatera 2, sedangkan surat yang kedua, langsung dikirim ke Kementerian yang ditandatangani oleh gubernur Jambi, H Hasan Basri Agus (HBA).

“Belum ada jawaban hingga hari ini. Sebelumnya memang ada dari Singapura ke Jambi melakukan pengecekan alat tersebut dan ingin menjalin kerjasama kembali,” tandasnya.

Sucipto, Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi mengatakan, dari pantauan Satelit NOAA, ada 11 titik api yang terpantau di Provinsi Jambi. Titik api yang paling banyak terdapat di Kabupaten Tebo. 11 titik api tersebut terdapat di Kabupaten Batanghari sebanyak 3 titik, Kabupaten Bungo 1 titik, Muarojambi 1, Tanjungjabung Barat 1 titik dan Kabupaten Tebo 5 titik. “Setiap hari jumlahnya itu kadang berubah-ubah. Untuk beberapa hari ini, Kabupaten Tebo paling banyak titip api,” akunya.

Berkaitan dengan kondisi saat ini, Gubernur Jambi, H. Hasan Basri Agus (HBA) juga merasa heran. Pasalnya, apabila di cek dari hotspot, titik api di Jambi hanya tidak terlalu banyak apabila dibandingkan di Provinsi tetangga. “Sumsel yang banyak 30 lebih, Riau juga banyak, kok sudah seperti ini jadinya,” pungkasnya.

Apabila dalam beberapa hari kedepan kabut asap masih menyelimuti Provinsi Jambi, HBA akan segera mengambil langkah. “Kita lihat, kalau kedepan makin parah akan kita buatkan hujan buatan,” tandasnya.

(fth)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: