LPG 12 kg Rp 1.500 per Kg
Dia menjelaskan, kenaikan harga LPG 12 kg terus menerus bakal membuat selisih dengan harga LPG 3 kg semakin besar. Sehingga, konsumen LPG 12 kg bakal beralih ke LPG bersubsidi tersebut. Dengan terbatasnya kuota LPg 3 kg, dia mengaku ada potensi terhadap kelangkaan LPG 3 kg juga.
\"Setiap kenaikan harga memang pindah untuk sementara dan kembali lagi. Tapi, kalau jarak harganya semakin besar, pastinya konsumen bakal beralih secara permanen,\" terangnya.
Karena itu, dia berharap pemerintah bisa memasukkan LPG 12 kg dalam produk bersubsidi. Terutama, produk yang dikonsumsi oleh pengusaha. Usulan tersebut dinilai bisa menjaga kegiatan ekonomi Indonesia terus berjalan. \"Kalau untuk konsumen rumah tangga boleh-boleh saja. Tapi, saya harap pemerintah punya solusi untuk LPG 12 kg yang digunakan industri rumahan dan menengah ke bawah. Kalau bisa disubsidi,\"jelasnya.
P icu Migrasi
Kenaikan harga elpiji tabung ukuran 12 kilogram (kg) diyakini bakal memicu perpindahan atau migrasi sebagian konsumen ke elpiji tabung 3 kg bersubsidi. Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, data ekonomi penduduk menunjukkan adanya beberapa kelompok masyarakat berpenghasilan menengah yang saat ini menggunakan elpiji 12 kg. “Kelompok yang penghasilannya kepepet akan pindah ke (elpiji) 3 kg,” ujarnya kemarin (10/9).
Menurut Hadi, bagi masyarakat yang berada di kelompok penghasilan menengah cenderung ke bawah, kenaikan harga elpiji 12 kg bakal membuat kondisi keuangannya sedikit kepepet. Namun, hingga saat ini BPS belum memiliki data pasti berapa banyak jumlah masyarakat yang masuk kategori ini. “Ini nanti akan coba kita hitung elastisitasnya,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung (CT) mengatakan, selain potensi migrasi ke elpiji 3 kg, pemerintah juga mengkalkulasi risiko kenaikan harga atau inflasi akibat naiknya harga elpiji 12 kg. Hasilnya, sesuai perkiraan Bank Indonesia (BI), potensi inflasi hanya akan naik 0,06 persen setiap kenaikan Rp 1.000 per kg elpiji. “Kecil sekali, nothing itu (tidak signifikan bagi inflasi, Red),” ujarnya.
Meski demikian, lanjut dia, pemerintah sudah meminta kepada Pertamina untuk tidak langsung menaikkan harga elpiji 12 kg secara drastis dari harga saat sebelum naik Rp 6.100 per kg ke harga keekonomian yang mencapai Rp 12.100 per kg. “Ini penting untuk meminimalisir gejolak di masyarakat,” katanya.
Tertinggi di Banyuwangi
PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga Elpiji non subsidi kemasan 12 killogram (kg). Langkah itu dilakukan mengingat tingginya harga LPG di pasar Internasional dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan beban kerugian perseroan akan semakin tinggi. Penyesuaian harga ditetapkan sebesar Rp 1.500 per kg (net Pertamina) terhitung sejak tanggal 10 September 2014.
Assistant Manager External Marketing Operation Region (MOR) V Heppy Wulansari mengatakan, dengan perubahan harga tersebut maka harga jual LPG 12 kg di Agen LPG Pertamina wilayah Jatim (Jatim) berada dikisaran Rp 110.800\"114.200 per tabung. Sementara harga di konsumen akan bervariasi menyesuaikan dengan jarak suplai point. \"Sebelumnya harga LPG 12 kg di agen berada dikisaran Rp 89.300\"Rp 92.800 per tabung,\" katanya kemarin (10/9).
Happy menyatakan, untuk harga tertinggi dari kenaikan itu terjadi di Banyuwangi. Sebab, jaraknya paling jauh dari suplai point. Sedangkan untuk Surabaya dan sekitarnya berada dikisaran terendah. Untuk mengantisipasi peralihan konsumen LPG 12 kg ke LPG 3 Kg, Pertamina melakukan monitoring distribusi elpiji 3 kg sampai pangkalan dengan aplikasi SIMOL3K (Sistem Monitoring Penyaluran Elpiji 3kg).
Selain itu, Pertamina juga melakukan antisipasi lonjakan harga LPG 12 kg di tingkat pengecer dengan menetapkan harga eceran di SPBU yg menjadi outlet LPG 12 Kg. \"Hal ini dimaksudkan agar SPBU bisa berperan menjadi barometer harga LPG 12 kg dan sebagai antisipasi jika pengecer menaikkan harga secara liar,\" ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: