Tanggul Lapindo Jebol
SIDOARJO- Warga Desa Gempolsari, Kecamatan Porong dibuat gempar kemarin pagi (10/9). Mereka tercengang melihat lumpur panas kembali mengalir. Bahkan, lumpur itu memasuki halaman rumah mereka. Ya, lumpur itu berasal dari titik 68 Desa Kedungbendo yang jebol 2011 lalu.
\"Lumpurnya masuk di halaman belakang,\" kata Sulastri, 37, warga RT 10 RW 2 Desa Gempolsari.
Dia mengaku, baru mengetahui adanya lumpur masuk di halaman belakang rumahnya sekitar pukul 06.00. Awalnya, dia yang hendak memasak melihat adanya genangan air. Namun, saat dipegang, dia baru mengetahui bahwa itu lumpur Lapindo. \"Saat dipegang itu panas,\" ungkapnya.
Rumah Sulastri memang masuk dalam zona area terdampak. Rumahnya dengan tanggul lumpur hanya berjarak 500 meter saja. Ya, Desa Gempolsari memang berdekatan dengan tanggul titik 68 Dusun Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin.
Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Dwinanto Prasetyo membenarkan adanya aliran lumpur yang masuk hingga pemukiman warga. Bahkan, dia menyebutkan hal itu bukan kali pertama terjadi. \"Kami sudah beberapa kali mendapat laporan itu,\" katanya.
Menurutnya, lumpur yang mengalir sampai ke pemukiman merupakan dampak dari jebolnya tanggul titik 68. Tanggul tersebut jebol sejak 2011 lalu. Namun, perbaikan belum pernah sekalipun dilakukan.
Diakui Dwinanto, selama ini BPLS tidak berpangku tangan melihat kondisi tanggul yang kian kritis. Upaya perbaikan sudah beberapa kali dilakukan. Namun, penolakan dari warga korban lumpur atas aktivitas BPLS terus terjadi. \"Kami baru kirim alat berat, warga sudah demo. Bagaimana mau memperbaiki,\" ujarnya. Dia menambahkan, BPLS sudah berencana melakukan perbaikan pada 2012, 2013, dan terakhir pada Agustus lalu.
Kondisi tanggul titik 68 saat ini terbilang membahayakan. Sebab, tanggul yang jebol memiliki panjang sekitar 300 meter. Alhasil, aliran lumpur panas masuk ke halaman rumah warga. \"Panasnya mencapai 40-45 derajat,\" ungkap Dwinanto.
Menurut dia, solusi untuk titik 68 yang jebol adalah membuat tanggul baru. Tanggul yang ada saat ini sudah tidak lagi kokoh. \"Tanggulnya sudah tercampur dengan lumpur. Bisa jadi tidak akan kuat menahan lagi,\" tuturnya.
Menyikapi aliran lumpur yang masuk ke halaman rumah warga, kemarin sore (10/9) BPLS menaruh sejumlah bambu di sana. Tujuannya, untuk membelokkan aliran lumpur. Di mana, aliran lumpur yang semula mengalir ke arah utara, dibelokkan ke arah timur.
Selain titik 68, ada tiga titik lain tanggul lumpur yang membahayakan. Yakni, titik 21 Desa Siring Kecamatan Porong, titik 73 Dusun Ketapang Kecamatan Tanggulangin, dan titik 34 Desa Kedungcangkring Kecamatan Jabon. (lihat grafis)
Hingga kini, ganti rugi banyak warga korban lumpur yang belum lunas. Yakni, sekitar 3.337 bidang lahan. Total ganti rugi yang belum lunas mencapai Rp 736 miliar.
Selama ini, alasan utama warga lakukan blockade aktivitas BPLS adalah belum adanya ganti rugi lahan. Oleh sebab itu, Dwinanto berharap pemerintah segera melunasi ganti rugi tersebut.
\"Sebelum ada kejelasan itu, kami (BPLS, Red) tidak bisa apa-apa,\" tandas Dwinanto, kemarin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: