Atletik Sumbang Emas setelah 16 Tahun
Laporan M. Amjad-Ainur Rohman dari Incheon
INCHEON- Kejutan disuguhkan pelompat jauh putri Indonesia dalam laga final Asian Games 2014 di Asiad Main Stadium, Incheon, Korea Selatan (Korsel), tadi malam WIB. Maria Natalia Londa menyumbangkan emas ketiga bagi Indonesia dalam pesta olahraga terakbar di Asia itu.
Sumbangan emas dari cabang atletik tersebut seakan melipur kegagalan ganda campuran bulu tangkis dalam menggapai tangga tertinggi. Harapan emas yang dibebankan di pundak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir lenyap setelah takluk dua game langsung 16-21, 14-21 dari Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok).
Maria meraih emas setelah melakukan lompatan sejauh 6,55 meter. Dia mengalahkan pelompat Vietnam Bui Thi Thu Tao yang meraih perak dengan lompatan sejauh 6,44meter. Maria juga menyisihkan pesaingnya dari Tiongkok, Jiang Yanfei, dengan catatan sejauh 6,34 meter dengan perunggu.
Catatan yang dibukukan atlet 23 tahun tersebut menyamai torehan terbaiknya yang pernah didapatkan saat Taiwan Open 2011. Keberhasilan Maria itu pun melengkapi hasil gemilangnya pada SEA Games 2013 dengan dua emas.
Hasil itu pun mengobati dahaga cabang atletik yang sudah 16 tahun tak meraih medali emas di Asian Games. Atletik terakhir menyumbang medali emas pada 1998 dari nomor lari 5.000 meter putri atas nama Supriati Sutono.
Kemenangan yang diraih srikandi Merah Putih tersebut berlangsung dramatis. Sebab, lompatan terjauh itu baru dicatatakannya saat lompatan terakhir atau keenam. Bahkan, tiga lompatannya sempat didiskualifikasi.
Di lompatan pertama, Maria didiskualifikasi karena dianggap menginjak garis batas lompatan. Dia kemudian melakukan percobaan lompatan yang kedua dan hanya mencatakan lompatan sejauh 6,19 meter.
Di usahanya yang ketiga, lagi-lagi Maria sempat didiskualifikasi dengan kesalahan yang sama: menginjak garis batas. Karena itu, dia kemudian mendekati pelatihnya, I Ketut Pageh, yang berada di tribun penonton di luar arena untuk berdiskusi.
Setelah itu, lompatan Maria langsung melonjak ke 6,40 meter. Tapi, itu belum melewati catatan pelompat Vietnam. Di usahanya yang kelima, Maria kembali berusaha untuk mengambil sedikit ancang-ancang lebih jauh agar larinya bisa maksimal. Sayang, meski secara kasatmata terlihat lebih jauh, dia kembali didiskualifikasi.
Tak putus asa, Maria kemudian berusaha memanaskan badan dan terus bergerak agar tak termakan dinginnya cuaca Asiad Main Stadium yang mencapai 18 derajat Celsius. Setelah itu, dia berhasil melampaui pelompat Vietnam dengan catatan terbaik: 6,55 meter.
\"Tadi saya sempat lihat lawan, terus saya sempat salah juga. Saya ngobrol lagi dengan pelatih. Saya punya keyakinan di lompatan terakhir pasti bisa dan ternyata benar, Tuhan memberi hasil atas kerja keras selama ini,\" katanya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di mixed zone.
Disinggung mengenai kesalahan yang sempat dilakukannya, Maria mengakui bahwa dirinya terlalu mem-push di awal agar bisa langsung dapat lompatan jauh. Tapi, usaha itu gagal karena merasa masih harus beradaptasi dengan dinginnya cuaca.
\"Tapi, saya punya keyakinan, saya pasti bisa. Saya tidak lihat lawan berapa, yang penting saya minta pendapat pelatih, dan saya lakukan semaksimal yang saya mampu,\" tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: