>

Pengorbanan dan Kepemimpinan Ibrahim

Pengorbanan dan Kepemimpinan Ibrahim

Oleh Abd.Mukti,S.Ag

        KEIMANAN yang kokoh,kesabaran dan pengorbanan yang ikhlas, telah menjadikan nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam (as) sebagai pemimpin ideal yang pantas menjadi teladan umat. Pemimpin yang bukan saja berhasil me-manage perubahan tapi juga berhasil mewujudkan amanah dan tanggung jawab kepada Allah SWT. Wajar jika kemudian sejarah hidup nabi Ibrahim as ini diabadikan di dalam Alquran yang merupakan kitab suci bagi umat Islam.

      Ada banyak kisah inspiratif dari kehidupan nabi Ibrahim as yang sepatutnya diteladani oleh setiap kita. Berawal dari kisah Ibrahim muda yang berani menghancurkan patung-patung berhala, yang mana telah menyebabkan dirinya dibakar hidup-hidup.Namun, atas takdir Allah sehingga api yang membakar dirinya tidak mampu menghanguskan tubuhnya. Selanjutnya, kisah mengharukan ketika Ibrahim diperintah oleh Allah untuk menyembelih Ismail putra yang sangat dicintainya. Lagi-lagi keteguhan imannya kepada Allah menjadi dasar keikhlasannya menjalankan segala perintah-Nya sekalipun harus menyembelih putra kesayangannya.

     Hebatnya, Ismail dengan sadar diri dan ikhlas menuruti kehendak ayah kandungnya sendiri yang hendak menyembelih dirinya. Inilah bentuk pengorbanan luar biasa yang mungkin hanya dilakukan oleh hamba-hamba pilihan seperti nabi Ibrahim dan putranya, nabi Islmail as. Demikian uswah dari para pembawa risalah Allah yang mesti tersemat dalam kepribadian kita jika mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir. Pengorbanan dalam segala hal harus kita lakukan dengan ikhlas demi menjunjung risalah Allah di muka bumi ini.

     Melalui kisah nabi Ibrahim as yang rela mengorbankan putra kesayangannya tersebut, dapat dipahami jika sebenarnya Allah SWT menekankan kepada umat manusia bahwa pengorbanan itu harus dilakukan demi meraih kesuksesan hidup, baik sukses di dunia maupun selamat di akhirat kelak. Pengorbanan merupakan syarat dasar yang tidak boleh diabaikan apalagi ditinggalkan jika ingin menjadi manusia ideal di hadapan Allah. Terlebih-lebih dia seorang pemimpin rakyat, pengorbanan dalam segala hal untuk melayani kepentingan rakyatnya menjadi barometer keberhasilannya menjadi pemimpin yang paripurna.

     Sayangnya, dewasa ini nilai-nilai pengorbanan tergadaikan oleh bentuk-bentuk balas jasa yang terkadang hanya bernilai materi. Ajaran berkorban dari nabi Ibrahim hanya sebatas simbol dalam bentuk ritual menyembelih hewan kurban seperti kambing, sapi, unta dan lainnya. Masih banyak orang yang tidak sadar jika penyembelihan hewan kurban tersebut bukan daging dan darah yang dinilai oleh Allah SWT, melainkan ketaqwaannya dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

     Fakta, pengorbanan yang dilakukan oleh para pemilik harta dan atau pemegang kekuasaan sekarang ini, kebanyakan di antaranya mengharapkan imbal-balik.Konspirasi atas nama ‘bakti sosial’ sering diperagakan demi meraih simpati dan keuntungan pribadi atau golongan semata.     Contohnya bangsa Indonesia, negeri yang seharusnya agamis karena berpenduduk mayoritas Islam ini masih berkutat dengan skandal kolusi, korupsi, nepotisme dan sejenisnya. Oknum-oknum penguasa di negeri ini yang tampak dermawan karena sering memberi sumbangan kepada rakyat miskin, masih banyak diantaranya yang meminta gratifikasi dan entah lain bentuknya.

      Semestinya, Hari Raya Kurban yang diperingati setiap tahunnya oleh umat Islam di negeri ini dengan begitu antusias, mampu menanamkan perilaku saling peduli antara satu dengan lainnya tanpa embel-embel apapun. Sebagaimana hikmah dari penyembelihan hewan  kurban, kemudian dagingnya diberikan kepada mereka yang berhak, di antaranya sanak kerabat dan para fakir miskin. Hal ini tentu dimaksud agar tumbuhnya kepedulian dalam diri orang-orang yang secara ekonomi memiliki kelebihan, tidak sebatas kampanye memotong hewan kurban dalam rangka mencari simpati untuk dipilih dalam pemilihan.

Uswah Kepemimpinan Ibrahim

      Pemimpin ideal merupakan dambaan setiap rakyat, tidak terkecuali penduduk Indonesia. Jika menapak-tilas sejarah hidup nabi Ibrahim, tentu kita akan menemukan akhlak pemimpin umat yang kompleks dalam diri nabi Ibrahim as. Alquran menyebut nabi Ibrahim sebagai sosok pemimpin ideal karena kepribadiannya yang paripurna. Dalam Alquran ,Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh.”(QS.an-Nahl :120-122).

      Kepemimpinan Ibrahim as yang ditegaskan langsung oleh Allah SWTdalam ayat-Nya tersebut, ditafsirkan oleh Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar yang menyebutkan bahwa lafazh ummah mengandung makna bahwa pemimpin yang dijadikan teladan dan mengajarkan kebaikan kepada manusia (Tafsir Ibn Katsir QS. 16 : 120). Kesuksesan kepemimpinan Ibrahim sangat berlandaskan pada tiga kriteria, yaitu: Qanit li Allah, yang artinya tunduk kepada Allah SWT.

      Kemudian hanif, bermakna lurus dalam jalan kebenaran. Dan terakhir syukur, yang dijelaskan artinya oleh ar-Raghib sebagai bentuk mengakui nikmat dengan hati dan memperlihatkannya dengan amal perbuatan.

      Sosok pemimpin seperti yang disebutkan dalam tiga kriteria tersebut dapat dijamin akan jauh dari sifat zalim, korup, arogan dan semena-mena. Perilaku yang taat kepada Allah tentu mendatangkan keberkahan bagi negeri yang dipimpinnya, perbuatan yang lurus akan menjadikan rakyat nyaman menjadi rakyatnya, sementara pribadi syukur senatiasa melipatgandakan anugerah-anugerah Allah yang telah diterimanya. Dengan kata lain, tiga kriteria tersebut adalah pondasi bagi sosok pemimpin yang berkarakter kuat, lurus dalam aqidah dan ibadah, serta teguh memegang amanah.

Ujian Berat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: