Penyumbang Pendidikan Diberi Keringanan Pajak

Penyumbang Pendidikan Diberi Keringanan Pajak

Selama di Thailand Selatan ini, banyak sekali ditemui tempat sembahyang agama Budha. Dan hanya sesekali ditemukan masjid. Rabu malam (22/10) para rombongan guru favorit memang tidak ada kegiatan. Tapi hanya, istirahat di hotel. Baru Kamis pagi (23/10) rombongan berkunjung ke Konsulat RI di Provinsi Songkhla. Jarak antara hotel di Hatyai dengan Konsul RI ditempuh kira perjalanan 1 jam 30 menit. Kami melewati jalan yang memang ramai pagi kemaren.

‘‘Ada upacara penghormatan terhadap raja,’‘ terang lokal guide asal Pattani, Thailand, Saudi.
Thailand merupakan negara yang  dipimpin oleh Paduka Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej. Sedangkan kepala pemerintahannya berupa perdana menteri. Negara ini memiliki 77 provinsi. Provinsi yang kami kunjungi ini adalah Songkhla Province yang terletak di Thailand Selatan. Daerah ini memiliki 16 kabupaten. Salah satu kotanya yakni Kota Hatyai tempat rombongan guru favorit menginap. 
Setelah di dalam bus sekitar 1 jam 30 menit, rombongan sampai  ke kantor Konsul RI di Songkhla, Yuyun Kamhayun dan Vice Konsul, Fifi Afianita Firdaus.

Kepada rombongan, Yuyun bercerita banyak tentang sistem pendidikan di Thailand. Disebutkannya, Thailand sangat memperhatikan pendidikan rakyatnya.
‘‘Bahkan anak jalananpun diwajibkan sekolah,’‘ tuturnya.

Makanya,  lanjutnya, fasilitas sekolah negeri di Thailand sangat baik. Rata-rata luas satu sekolah katanya, mencapai 2 hektare. ‘‘Beda dengan kita di Bandung, luas sekolahpun sempit,’‘ terangnya.

Untuk Sekolah Indonesia, katanya ada  di Bangkok. Sedangkan anak-anak Indonesia di Thailand Selatan  bergabung dengan sekolah negeri Thailand. ‘‘Meski demikian, Bahasa Indonesia masih mereka gunakan sehari-hari,’‘ ceritanya. 

Di Songkhla sebutnya, ada 600 orang WNI.  kebanyakan mereka sudah menikah dengan orang Thailand. 

‘‘Untuk pembiayaan pendidikan sendiri rata-rata disubsidi pemerintah. Bahkan sampai 12 tahun.  Bagi pengusaha penyumbang diberi keringanan pajak,’‘ terangnya.

Untuk pakaian sendiri, SD sampai SMA berbaju hitam putih dengan rambut semi militer. Sedangkan rok wajib dibawah lutut. ‘‘Rambut perempuan harus dibawah kuping. Disini disiplin cukup ketat. Bagi yang melanggar dipanggil orangtuanya,’‘ tuturnya.

Di sekolah-sekolah Thailand sendiri lanjutnya sudah diajarkan kurikulum Asean. Selain itu, juga diajarkan bahasa Melayu.

‘‘Bahasa melayu jadi pejaran kurikulum lokal di sekolah,’‘ terangnya.

Untuk mutu dan kualitas sekolah sendiri katanya sudah terstandarisasi. Meskipun sekolah negeri jauh ke desa. ‘‘Sehingga mereka bisa menjalankan UN dengan baik. Tetapi memang UN disini tidak menentukan kelulusan,’‘ terangnya.

Hanya saja lanjutnya, untuk masuk seluruh jenjang pendidikan para calon siswa di tes. Tapi jenjang pendidikan di Thailand katanya, hanya dua level sebelum masuk universitas.

‘‘Untuk level pertama enam tahun dan level kedua juga enam tahun. Setelah itu langsung masuk jenjang S1, S2 dan S3,’‘ terangnya.

Untuk level kedua lanjutnya, sudah diadakan penjurusan. Ada jurusan sains, sosial, bahasa, maupun pertanian. ‘‘Ini perbedaan dengan pendidikan kita, kalau kita terlalu banyak pelajaran dan tidak fokus,’‘ ujar Yuyun.  Setelah diskusi dan sesi foto, pertemuanpun berakhir.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: