Nifera KO di Trek Bukit Sulap
LUBUKLINGGAU – Prestasi pembalap sepeda nasional, Nifera Ufrotun Saidatun, tak diragukan lagi. Menahbiskan dirinya sebagai yang terbaik di kelas Women Elite, di sejumlah kejuaraan nasional (kejurnas) dari beberapa seri di Indonesia.
Namun, atlet asal Jepara, Jawa Tengah (Jateng) itu harus “menyerah” di trek kawasan Bukit Sulap, Kota Lubuklinggau. Pebalap berusia 22 tahun itu, meninggal dunia usai mengalami kecelakaan, Sabtu (25/10) sekitar pukul 15.00 WIB, saat sesi latihan jelang Asian Mountain Bike Championship (AMBC) pada 1-2 November mendatang.
Nifera terjatuh di titik Km 800 dari garis start, dari trek ekstrem sepanjang 2,3 km yang kondisinya terjal dan banyak bebatuan. Setang sepedanya, diduga mengenai dada Nifera. Sempat dibopong menuruti trek dan dibawa ke RS Siti Aisyah Lubuklinggau, kemudian dirujuk ke RS di Palembang, namun nyawanya tak tertolong. Informasi yang diterima panitia, jenazah Nifera sudah diterbangkan ke Jateng.
Kabid Binpress Pengurus Besar (PB) Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI), Candra Ariavijaya, menjelaskan sudah dilakukan investigasi internal, pengecekan sepeda apakah ada kerusakan yang menyebabkan atlet kecelekaan. “Dari hasil investigasi, tidak ada apa-apa. Kedua alat perangkat pengaman tubuh atlet, juga sesuai dengan prosedur atlet sepeda downhill,” ujarnya, didampingi Wakasekjen, Tino Latuheru.
Selanjutnya dilakukan pengecekan pelatih yang bertanggung jawab, apakah kondisi atlet prima atau tidak, termasuk mulai dari pemanasan semua sudah sesuai aturan. \"Pelatih juga sudah melakukan proses cek trek berjalan kaki, sebelum bersepeda. Atlet dan pelatih melakukan session latihan,\" kata Candra, saat menggelar press release di areal trek AMBC Bukit Sulap, kemarin.
Menurutnya, langkah antisipasi juga sudah dilakukan karena olahraga ini ekstrem. Pascakejadian, pihaknya melakukan penanganan standar ketika atlet kecelakaan. Tidak langsung mengangkat atlet, sebab tidak diketahui bagian tubuh mana yang patah/terluka. “Kami sudah memberikan pertolongan secara dasar kepada atlet yang mendapatkan musibah kecelakaan. Tapi lokasi di gunung, tentunya sulit dijangkau. Selanjutnya dibawa ke rumah sakit,\" jelasnya.
Meski sebenarnya dalam kategori latihan, masih tanggungjawab tim masing-masing. Tapi panitia penyelenggara tetap sigap memberikan pertolongan, sebagai bentuk tanggung jawab. “Segala daya upaya sudah dilakukan dengan prosedur yang ada. Tetapi musibah tidak bisa ditebak. Di olahraga apapun, cedera hingga meninggal dunia pernah terjadi,” ucapnya.
Candra menegaskan, almarhumah Nifera bukan atlet biasa. Kemampuannya tidak diragukan lagi, tahun 2012 dan 2013 menjadi juara kejurnas downhill. \"Posisi jatuh korban tidak langsung ke tanah. Tetapi membentur setang sepeda. Saat latihan korban menggunakan peralatan keselamatan berupa impact sesuai aturan dengan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan,\" bebernya.
Wakasekjen PB ISSI, Tino Latuheru, menambahkan, sebelum sesi latihan, PB ISSI dan pihak penyelenggara telah memberikan warning trek yang sangat ekstrem. Titik ekstrem untuk Downhill sebanyak 8 titik, Massal 64 titik, dan Cross Country ada 44 titik. \"Semua nantinya ada petugas medis dan mobil kesehatan untuk memberikan pelayanan cepat terhadap para atlet,\" terangnya.
Di bagian lain, Ketua Panitia Pelaksana sekaligus Ketua PB ISSI Pemkot Lubuklinggau, Leonardi Sohe alias Dodi, menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya atlet nasional tersebut. \"Pemkot Lubuklinggau memberikan santunan kepada sebesar Rp25 juta kepada keluarga almarhum,\" ungkap Dodi, usai melakukan tabur bunga di lokasi terjatuhnya Nifera.
(wek/air/ce2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: