>

Pemerintah Pastikan Korban Kedua WNI

Pemerintah Pastikan Korban Kedua WNI

JAKARTA  -  Misteri identitas korban pembunuhan yang ditemukan bersama jasad WNI, Sumarti Ningsih dalam kasus mutilasi di Hongkong akhirnya menemui titik terang. Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) memastikan bahwa perempuan tersebut merupakan warga negara Indonesia  (WNI) atas nama Seneng Mujiasih.

Informasi itu diperoleh setelah tim KJRI Hongkong melakukan pencocokan data yang diperoleh darisalah satu kerabat Seneng yang ada di sana dengan data milik kepolisian. Dari data itu, dipastikan bahwa perempuan yang  dikenal sebagai Jesse Lorena itu adalah WNI. \"Dari data itu, diketahui yang bersangkutan bernama Seneng Mujiasih, kelahiran Muna (Sulawesi Tenggara),\" ungkap Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Kemenaker Reyna Usman di Jakarta, kemarin (4/10).

Terungkap pula, lanjut dia, bahwa Seneng merupakan Tenaga Kerja Overstayer yang ada di negara bekas persemakmuran Inggris itu sejak 10 Mei 2013. Namun, tidak diketahui pasti apa pekerjaannya usai masa tenggat visa kerjanya telah habis.

Perempuan 29 tahun itu sendiri menjadi salah satu korban pembunuhan seorang banker asal Inggris Rurik Jutting. Seneng ditemukan dalam keadaan mengenaskan di apartemen Jutting di distrik Wan Chai, Hong Kong pada 1 November lalu. Tubuhnya ditemukan tak jauh dari jenasah Sumarti Ningsih yang diduga telah dibunuh sebelumnya. Saat ditemukan, Seneng masih dalam kondisi bernyawa meski mengalami pendarahan hebat akibat luka tikaman di lehernya. Korban akhirnya meninggal saat dilarikan  ke rumah sakit. Kini kedua jenazah WNI itu tengah di semayamkan Rumah penyimpanan jenazah Victoria, Hong kong.

Sementara, di Indonesia pihak Kemenaker juga telah memanggil Perusahaan PPTKIS, PT Arafah Bintang Perkasa yang Kirim Surmati Ningsih Ke Hongkong. Upaya itu dilakukan untuk mengklarifikasi status Sumarti saat ini. \"Memang benar dia dulu TKI, berangkat secara legal. Namun, dia telah berhenti pada 2013 lalu,\" ungkap Reyna.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa tim KJRI juga telah melaporkan bahwa proses persidangan mulai berjalan. Persidangan perdana kasus mutilasi tersebut digelar kemarin. Sementara proses rekonstruksi akan berlangsung pada 7 November mendatang. \"Tanggal 10 nanti persidangan kedua,\" kata Mantan Dubes RI untuk Belanda itu.

Dari Indonesia, kata Retno, tim Kemenlu juga telah menghubungi pihak keluarga Sumarti, terkait pemulangan jenazah. Dia menilai, timnya cukup tanggap dalam bertindak setelah mengetahui kasus tersebut. Dia juga memastikan bahwa Kemenlu akan terus mengawal proses hukum kasus mutilasi yang dilakukan bankir asal Inggris Rurik George Caton Jutting.

\"Jadi intinya sejak hari pertama, kita sudah lakukan komunikasi dengan pemerintah setempat. Tim KJRI Hongkong yang terdiri dari atase kepolisian, atase kejaksaan dan juga bidang konsuler kita yang juga memiliki tugas untuk perlindungan, itu akan terus mengawal proses ini. Sehingga tidak ada satu puh hak-hak\" warga negara kita yang berkurang,\"paparnya.

Soal upaya pencegahan pemerintah agar kasus serupa tidak terulang, Retno menekankan bahwa pihaknya telah berbicara dengan Menaker Hanif Dhakiri terkait hal tersebut. Dia mengakui perlu adanya upaya komprehensif untuk pengiriman TKI dari hulu ke hilir. \"Kita sudah sepakat, Presiden berikan arahan yang jelas bahwa semua ego sektoral diangkat. Kita berjanji untuk melakukan koordinasi menata ulang preventif, agar hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi,\"imbuhnya.

(Mia/ Ken)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: