12 Warga Lapas Jambi Terjangkit HIV
JAMBI – Sebanyak 12 orang warga binaan lapas Kelas II A Jambi terjangkit HIV/AIDS. Kepastian itu diakui oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jambi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. Jumlah tersebut sudah berkurang dibandingkan tahun 2013 yang lalu.
“Sebelumnya ada 19 orang, 7 orang sudah keluar,” kata Sekretaris Eksekutif KPA Jambi, Aspan Effendi, SKM, MBA, Mkes. Warga binaan yang terjangkit HIV/AIDS itu tetap dilakukan pengobatan dengan menggunakan dokter spesialis yang bekerjasama dengan KPA Jambi.
Setiap tahunnya gejala HIV/AIDS di Provinsi Jambi semakin meningkat. Dari tahun 1999 hingga 2014, KPA Jambi mencatat sebanyak 579 penderita HIV dan 463 penderita AIDS. Jumlah yang meninggal sebanyak 173 orang.
Dari Januari hingga Juni 2014, jumlah kasus HIV/AIDS sudah mencapai 29 orang penderita dan meninggal 1 orang. “Infeksi HIV sebanyak 16 orang dan kasus AIDS sebanyak 13 orang,” akunya.
Jumlah tersebut tersebar di empat Kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu, Kota Jambi, Batanghari, Merangin, dan Tanjung Jabung Barat. “Penyebab HIV/AIDS semakin banyak di Provinsi Jambi,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Aspan juga menguraikan jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 1999 hingga 2014 ini. Dari tahun 1999 hingga 2004, sebanyak 94 kasus, 2005, 58 kasus, 2006, 60 kasus, 2007, 49 kasus, 2008, 71 kasus, 2009, 95 kasus, 2010, 77 kasus. Kemudian, pada tahun 2011, 97 kasus, 2012, 185 kasus, 2013 227 kasus, 2014, 29 kasus.
“Total keseluruhan mencapai Rp 1.042 kasus. Kalau 2014 memang belum selesai di data, yang baru didata dari Januari hingga Juni,” akunya lagi.
Kasus HIV/AID di Provinsi Jambi tidak memandang umur, anak-anak juga bisa terjangkiy HIV/AIDS. Terjangkitnya anak-anak akibat tertular dari orang tuanya. Dari tahun 1999 lalu, ditemukan 20 orang anak-anak daro umur 0 hingga 5 tahun. Umur 6 tahun hingga 10 tahun sebanyak 5 orang. Kemudian, dari umur 11 hingga 14 tahun sebanyak 27 orang. Dari umur 20 hingga 24 tahun sebanyak 181 orang. Jumlah terbanyak itu terdapat pada umur 25 tahun keatas. Yaitu, 804 kasus.
“Kasus yang paling banyak itu di tiga tahun terakhir,” kata Aspan.
(fth)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: