>

Pilih Hidup di Peternakan Reyot Milik Istri

Pilih Hidup di Peternakan Reyot Milik Istri

keluaran terbaru. Peugeot 504 yang setia menemani Ahmadinejad masuk kategori mobil tua karena diproduksi pada 1977. Semasa menjabat presiden, Ahmadinejad jarang memakai jas. Dalam beberapa forum internasional, dia memilih mengenakan jaket.

Kebetulan, jaket yang sering dia pakai dalam kunjungan-kunjungan resmi di dalam dan luar negeri tersebut memiliki model dan bentuk

mirip jas. Tetapi, kadang-kadang, dia juga memakai setelan bermerek atau pakaian keluaran butik.

Tidak hanya tampil sebagai presiden sederhana, Ahmadinejad juga memperjuangkan hak-hak kaum papa. Salah satunya, hak memenuhi kebutuhan papan. Ahmadinejad meluncurkan program rumah murah bagi rakyat Iran. Sayangnya, tidak semua pejabat mendukungnya. Akibatnya, meski pembangunan terus berjalan, fasilitas penting bagi perumahan murah itu tidak ada. Misalnya, air dan gas. Setelah tidak lagi menjabat presiden, Ahmadinejad kembali menjalani hari-harinya sebagai dosen. Dulu, sebelum tenar, dia menerima gaji bulanan yang tidak pernah mencapai USD 250 atau sekitar Rp 3 juta. Itu dia pakai untuk menafkahi istri yang tidak bekerja dan tiga anak.

Belakangan, rakyat Iran menginginkan Ahmadinejad kembali ke panggung politik. ”Sebagai orang Iran, saya berharap Ahmadi

nejad kembali menjabat,” ungkap Abdol reza Davari, wakil presiden IRNA.

 

Mandela yang Peduli Kaum Papa

 

SOSOK sederhana yang melekat pada diri  mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad atau Presiden Uruguay Jose Mujica juga tampak pada diri Nelson Mandela. Meski tokoh antipartheid itu telah meninggal dunia,

kesederhanaan dan kerendahan hatinya sebagai pemimpin tetap menjadi inspirasi.

”Bagi banyak orang, Nelson Mandela adalah ikon dan pejuang hak asasi manusia yang tersohor. Tapi, bagi mereka yang mengenal dekat beliau, Nelson Mandela adalah seorang teman yang rendah hati,” kata George Bizos, pengagum berat Mandela yang akhirnya menjadi teman dekat sang tokoh. Itu disebabkan sifat rendah hati Mandela. Bizos masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat satu Fakultas Hukum Universitas Wits di Kota Johannesburg saat kali pertama bertemu Mandela. ”Kami bertemu dalam kongres pemuda ANC pada 1948,” kenangnya. Saat itu dia mengenal Mandela sebagai tokoh yang tampan dan berpakaian rapi. Selain gaya berbusana, dia mengenang Mandela sebagai politikus yang vokal.

”Dia pembicara yang andal. Dalam kongres tersebut, panitia tidak menyediakan pengeras suara. Tapi, dia bisa dengan mudah membuat pidatonya didengar seluruh peserta kongres,” lanjut

Bizos. Usai pertemuan pertama itu, dia mengaku ketagihan bisa terus bertemu Mandela. Mereka

lantas berteman. Apalagi, setelah itu, mereka sama-sama gigih memperjuangkan anti-apartheid di Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: