Rumah Guru Memprihatinkan, Mengajar Berkubang Lumpur
JAMBI – Tak hanya gaji yang kecil, fasilitas perumahan untuk gurupun memprihatinkan. Hal ini dialami guru yang mengajar di kabupaten Bungo. Pasalnya, ada beberapa guru yang belum mendapatkan perumahan. Namun disisi lain, ada guru yang mendapatkan fasilitas perumahan, malah disewakan.
“Saya yang menjadi guru harus menggontrak rumah ditempat lain,“sebut salah satu guru di Bungo yang enggan nama nya ditulis dikoran harian ini,kemarin.
Terpisah, Dewi salah satu guru SD N 31 Mangun Jayo, Bungo mengatakan, sangat senang bisa menjadi abdi negara. Sebab menjadi seorang guru merupakan cita-cita sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP)
“Hingga saat ini tidak ada kendala yang berarti menjadi seorang guru, tapi kalau ditanya soal suka duka menjadi guru, ya lebih banyak suka nya, ,“sebut Dewi saat ditemui koran harian ini.
Ketika ditanya apa saja fasilitas yang didapatkan, perempuan golongan III A ini mengatakan, hanya mendapat tunjangan fungsional dan gaji 13 setiap tahunnya.
“Kalau berbicara pendapatan, saya rasa sudah lebih dari cukup. Karena dengan gaji Rp.3.500.000,- di tambah tunjangan perbulan dengan jam kerja setengah hari, saya rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan,“ terangnya.
Ketika disinggung kembali masalah suka duka nya, Dewi menjelaskan kembali, suka sebagai pengajar yakni dapat menyalurkan ilmu yang dimiliki.
“Kalau duka nya, kami harus terus mempelajari perkembangan kurikulum , terus kalau ada anak didik yang bandel. Itu aja sih,“tutupnya.
Sementara di kabupaten Tanjabar, guru yang mengajar harus berkubang lumpur. Jalan-jalan ke sekolah mereka banyak yang rusak. Terlebih di musim hujan ini.
Salah satu guru yang mengalami hal itu adalah guru SD di Desa lumahan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Sunarti SPd. Dirinya menyatakan standar pengajaran telah jauh berubah lebih baik dari jauh tahun-tahun lalu.
\"Kalau masalah standar, semuanya sudah baik, gurunya rajin-rajin apalagi saat ini guru honor sudah mengikuti program kuliah,\" ujar guru SD yang telah mengabdi selama 25 tahun ini.
Hanya saja, ditambahkannya bila saja sudah hujan murid-murid yang jauh tinggal di pelosok-pelosok desa kesusahan hingga tak jarang mengganggu kegiatan belajar mengajar.
\"Kesulitannya paling jalan. Karena daerah terpencil ni kalau hujan anak-anak jadi telat jadi agak menyusahkan anak-anak SD ke sekolah,\" tambahnya.
Ia mengharapkan, kepada pemerintah Kabupaten untuk lebih memperhatikan daerah-daerah pelosok karena tak jarang orang-orang sukses berasal dari desa. Lebih jauh pihaknya juga mengharapkan tambahan guru Pegawai Negeri, karena SD yang jauh dipelosok sedikit yang Pegawai Negeri dan hanya dibantu tenaga honorer.
\"Kita inginkan infrastruktur yang baik untuk kelancaran belajar mengajar, Ya harapan kita, ada tambahan guru negeri untuk membantu kelancaran kami,\" tutupnya.
( Hdn/Sun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: