Copet Asal Jambi Diamuk Massa
JAKARTA – Nahas nasib Firmansyah. Pria berusia 34 tahun itu diamuk massa sekitar pukul 15.00 WIB pada Senin (24/11) lalu di sekitaran stasiun kereta Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ia diduga seorang spesialis copet dalam kereta api yang telah mencopet telefon seluler jenis Blackberry Gemini milik Lisa, pegawai salon di Jakarta. Parahnya, lelaki itu mengaku berasal dari Kabupaten Bungo, Jambi.
Akibat amuk massa, Firmansyah menderita luka lebam di bagian wajah dan sekujur tubuhnya. Nah, pria itu sempat dibawa ke Pos Marinir TNI AL di kawasan Stasiun Manggarai untuk dipermalukan selama sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB kemarin (25/11).
Ketika dikonfirmasi Radar Pena (jawapos group,red), Komandan Pos Marinir, Kapten Rudi Safandi membenarkan adanya kejadian tersebut. Kepada Rudi, pengakuan pelaku sudah menetap di Jabodetabek sejak 2004 silam. Kini ia sudah berdomisili di daerah Serpong serta memiliki 2 orang anak .
Rudi lantas menceritakan kronologisnya. Peristiwa terjadi saat korban dan pelaku sama sama naik commuter line jurusan Serpong-Tanah Abang. “Pengakuan pelaku ia sudah membuntuti korban dari Kebayoran dan mengicar hp korban. Saat di stasiun Kebayoran niat pelaku untuk mencopet ponsel korban timbul,” terangnya. Saat commuter line berhenti di stasiun tanah abang korban dan pelaku serta penumpang lain juga ikut turun. Saat itulah pelaku melakukan aksinya. Namun aksi pelaku diketahui oleh korban.
Tanpa dikomandoi penumpang yang saat itu masih berdesakan di stasiun, kemudian menghadiahi pelaku dengan bogem mentah kebagian kepala pelaku. Nah, keributan itu membuat petugas keamanan kereta datang dan segera mengamankan pelaku ke pos Tanah Abang. Selanjutnya sekitar pukul 18.00 wib pelaku kemudian dibawa ke pos marinir manggarai untuk dilakukan introgasi.
Sebagai hukumannya, pelaku dipermalukan dengan mengalungkan kertas bertuliskan “saya copet”. Tindakan ini kita lakukan untuk efek jera kepada para pelaku,“ katanya. Ia yakin tindakan yang diambil dapat membuat pelaku merasa malu dan berat kembali untuk melakukan perbuatannya.
Namun sayangnya kasus pencopetan itu tidak diproses secara hukum karena korban lebih memilih tidak maju ke pengadilan. “Korban setelah di tanyakan ia lebih memilih untuk tidak melanjutkan ke ranah hukum dan memilih ngambil ponselnya saja,“ terang Rudi.
Hal yang sama juga dibenarkan Haldi, salah seorang securty stasiun Manggarai yang menyebutkan di jalur commuter line sering terjadi aksi pencopetan. Memang sanksinya ialah dipermalukan agar memberikan efek jera pada pelaku.“Bukan kali ini saja ,sudah sering kegiatan memajang pencopetan dilakukan oleh pihaknya,“sebutnya.
(Can)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: