>

RI Produsen Tuna Terbesar Dunia

RI Produsen Tuna Terbesar Dunia

JAKARTA- Posisi geografis yang diapit dua samudera yaitu Pasifik dan Hindia menjadikan Indonesia sebagai habitat yang sangat cocok bagi ikan tuna. Data produksi beberapa tahun terakhir menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil tuna terbesar dunia, bersaing dengan Thailand.

\"Rata-rata produksi tuna dan sejenisnya seperti cakalang dan tongkol mencapai lebih dari 1,1 juta ton pertahun dengan nilai perdagangan sekitar Rp 40 triliun. Permintaan pasar yang besar dan harga yang tinggi membuat produksi tuna kian menjadi primadona,\" ujar Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti saat bertemu Dewan Kelautan Indonesia (Dekin) dikantornya kemarin (27/11).

                Berdasarkan data FAO melalui State of World Fisheries and Aquaculture (SOFIA) 2014, sekitar 6,8 juta metrik ton berbagai jenis tuna ditangkap di seluruh dunia. Dari jumlah itu, sekitar 4,5 juta ton merupakan jenis albacore, bigeye, bluefin, skipjack dan yellowfin.\"Secara global Indonesia berhasil memasok lebih dari 16 persen dari total produksi tuna yang diperdagangkan dunia,\" ungkapnya.

                Namun begitu, Indonesia kini tengah menghadapi tantangan baru. Eksploitasi besar-besaran terhadap ikan tuna berdampak buruk terhadap kelangsungan habitat tuna di masa mendatang. Dampaknya mulai terasa seperti menurunnya produktivitas, ukuran tuna yang dihasilkan cenderung mengecil, dan daerah penangkapan ikan yang semakin jauh ke laut lepas.\"Imbasnya tentu ke penghasilan nelayan,\" tuturnya.

\"Meski belum genap satu bulan memimpin KKP, Susi telah mengeluarkan berbagai langkah kebijakan dengan mengurangi kapasitas penangkapan.\" Diantaranya,\" melalui pencabutan izin kapal-kapal ikan yang beroperasi dan terindikasi melakukan kegiatan illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing. Susi juga mengeluarkan aturan moratorium\" izin penangkapan ikan baru, untuk memberikan kesempatan berbagai jenis ikan berkembang biak.

                 Susi mengaku kebijakan yang ia keluarkan telah membuat beberapa negara ketar-ketir. Sebagai contoh, Pemerintah Taiwan ingin melakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai larangan 40-60 kapal penangkap ikan Taiwan beroperasi di perairan Indonesia. \"Taiwan sadar bahwa itu adalah hak Indonesia, tetapi mereka tetap ingin agar larangan tersebut tidak dikeluarkan,\" lanjutnya.

Sementara itu Pemerintah Thailand juga telah memperingatkan para pemilik kapal pukat Thailand yang berada di perairan Indonesia untuk terus memonitor perubahan undang-undang perikanan di Indonesia. Namun Susi yakin banyak negara yang mendukung kebijakan yang telah ia keluarkan karena itu semua demi kelestarian ikan.\"Dari lima yang kontra, ada 500 yang pro,\" jelasnya.

(wir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: