>

Sepanjang 2014, 27 Orang Jadi Korban Polisi Koboi

Sepanjang 2014, 27 Orang Jadi Korban Polisi Koboi

Kompolnas : Akibat Kurangnya Pengawasan Pimpinan

JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengungkapkan sepanjang 2014, penyalahgunaan senjata api oleh polisi koboi masih tetap marak. Pasalnya, ada 13 kasus salah tembak yang dilakukan polisi, yang menyebabkan 27 orang jadi korban. Tujuh di antaranya tewas dan 20 luka-luka.

“Dari 13 kasus polisi koboi itu, ada enam peristiwa polisi yang menembak rekannya sesama polisi atau polisi tertembak pistolnya sendiri. Namun secara umum aksi polisi koboi ini menurun drastis jika dibandingkan
empat tahun sebelumnya.” katanya di Jakarta, Kamis (25/12). Tahun 2013 terjadi 20 kasus, dengan korban 5 tewas dan 21 luka, yang 4 di antaranya polisi.

Ia menambahkan, untuk 2012 terjadi 37 kasus, 17 orang tewas dan 32 luka. Tahun 2011 ada 97 orang yang jadi korban polisi koboi, 19 di antaranya tewas dan 78 luka. Turunnya aksi koboi-koboian polisi ini patut diapresiasi. “Hanya saja di 2014 ini aksi polisi koboi yang menembak rekannya sesama polisi atau polisi tertembak pistolnya sendiri ada enam peristiwa, bahkan tiga di antaranya polisi menembak atasannya karena merasa kesal dan tersinggung,” ujar dia.

Menurutnya, sebagian besar aksi penembakan yang dilakukan polisi koboi di 2014 adalah akibat persoalan sepele, misalnya akibat senggolan atau akibat billing yang ditagih dinilai terlalu tinggi atau gara-gara tersinggung karena ditegur atasan. “Melihat hal ini di 2015 para polisi yang menjadi atasan perlu dengan cermat mengontrol anak buahnya,” tegasnya. Selain itu, lanjut Neta, Polri perlu secara reguler melakukan psikotes bagi jajaran bawahnya yang memegang senjata api. Tujuannya agar aksi polisi koboi bisa dihindari.

Sementara, Anggota Kompolnas Hamidah menyatakan maraknya aksi koboi tersebut kurangnya pengawasan dan kontrol dari pimpinan Satwil dan Satker masing masing. “Tidak ada evaluasi senjata api, harusnya enam bulan harus dilakukan tes kejiwaan,” katanya.

Karena itu, anggota polisi sering menyalahgunakan senjata api yang digunakan. “Ada yang bunuh diri dengan senjatanya, ada juga antara sesama polisi dan kepada masyarakat,” katanya. Kedepan, Ia meminta Kapolri, Kapolda dan pimpinan polri lainnya untuk memperhatikan kasus senjata api.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Kombes Pol Agus Rianto menepis tudingan tidak adanya evaluasi senjata api. “Kita selalu menerapkan ujian untuk anggota polisi yang megang senjata api,” katanya. Namun, untuk tes kejiwaan polisi yang memegang senjata api pihaknya tidak bisa mengontrolnya secara berkesinambungan. “Hari ini kejiwaannya bagus, besok tidak tahu. Selain itu, ketika yang bersangkutan memiliki masalah, bisa terjadi penyalahgunaan senpi,” kata dia.

Sejauh ini, pihaknya tidak mentolelir bagi anggota yang bermasalah sudah ditindak tegas dengan melakukan pemecatan dengan melalui tahapan proses yang ada di Polri. Untuk mengontrol aksi polri yang sewenang sewenang dalam menggunakan senjata api ia meminta masyarakat untuk mengawasinya dengan laporan dan kritik ke Mabes Polri dan Polda Polda. “Tapi laporan itu harus didukung data dan bukti yang kuat,kita akan tindak lanjuti,” pungkasnya.

(aln/can/RP)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: