Lima Menit Menunggu, Air Asia Hilang
Basarnas Pastikan Pesawat Jatuh
JAKARTA - Hilangnya pesawat Air Asia Indonesia PK AXC flight number QZ 8501 sampai kini belum diketahui penyebabnya. Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Basarnas, serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun belum mengetahui secara jelas penyebab insiden raibnya pesawat yang bertolak dari Surabaya menuju ke Singapura itu.
Usai mendengar hilangnya pesawat buatan Prancis itu, Kemenhub langsung menggelar keterangan pers di Kantor Otoritas Bandara wilayah 1 Cengkareng. Dalam keterangannya, pelaksana tugas (plt) Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmojo menjelaskan awalnya pesawat take off dari bandara Internasional Juanda pukul 05.36 WIB. Jika lancar, diperkirakan penumpang akan tiba di bandar Changi pada pukul 07.57 WIB. Namun, sampai berita ini diturunkan, pesawat itu belum juga mendarat di Singapura.
Djoko menjelaskan, pesawat terbang normal dengan ketinggian 32 ribu kaki. Jalur yang digunakan juga jalur yang biasa dilalui pesawat tujuan Surabaya-Singapura yaitu M365. Pada pukul 06.12, sempat terjadi komunikasi antara pilot dengan petugas Air Traffic Control (ATC). Ketika itu, pilot in Command capt Irianto meminta pesawat untuk menyimpang dari jalur awal. Yakni bergerak ke kiri untuk menghindari cuaca buruk. Selain itu, pilot yang tinggal di perumahan Pondok Jati Sidoarjo itu juga meminta izin untuk terbang lebih tinggi. \"Awalnya ketinggian pesawat 32 ribu feet. Dia meminta izin pesawat dinaikkan ke 38 ribu feet,\" ujarnya.
Nah, permintaan dari Irianto itu tidak dikabulkan semuanya. Petugas ATC memperbolehkan pesawat yang saat itu diisi 155 penumpang itu bergeser ke kiri. Sedangkan untuk terbang lebih tinggi, belum diizinkan lantaran petugas melihat kondisi lalu-lintas di ketinggian 38 ribu kaki masih padat.
Hingga pukul 06.12, keberadaan pesawat masih terdeteksi di radar. Namun selang lima menit, petugas hanya melihat signal Automatic Dependant Surveilance Broadcast (ADSB) yang dikeluarkan pesawat. Saat itu, kata Djoko, petugas ATC pun sempat mengontak pilot. Namun tidak berhasil. Dan pada pukul 06.18, pesawat hilang dari flight plan track atau jalur tujuan terbang yang terlihat di radar. \"Jadi di radar itu terlihat dua. Rencana terbang dan realisasi terbang. Hanya rencana terbangnya yang terlihat sedangkan pesawatnya tidak terdeteksi,\" paparnya.
Petugas tetap menunggu dan mencari. Pada pukul 07.08, sesuai dengan aturan penerbangan, pesawat dinyatakan incerfa yaitu tahap awal pesawat hilang. Oleh petugas ditunggu selama 20 menit. Namun, tidak ada kemajuan. Petugas pun menetapkan status baru terhadap pesawat yaitu alerfa atau tahap lanjutan hilanggnya kontak pada pesawat. Dan pada pukul 07.55, status pesawat kembali berubah, yakni Detresfa yaitu pesawat dinyatakan hilang.
Djoko mengaku, pada saat incerfa, petugas sudah menghubungi basarnas untuk mengecek posisi pesawat. Menurut Djoko, dengan menggunakan radar dari basarnas bisa diketahui lokasi di mana pesawat jatuh. Pasalnya setiap pesawat terdapat alat yang bernama Emergency Locator Transmitter (ELT) yang memancarkan sinyal. \"Namun sampai kini belum ditemukan,\" jelasnya.
Menurut Djoko, dari kontak terakhir, pesawat diprediksi hilang di perairan antara Tanjung Pandan Batam dan Pontianak Kalimantan Barat. Tepatnya 100 mil ke selatan Tanjung Pandan. Kemenhub langsung mengerahkan kapal KPLP atau kapal navigasi ke tempat. Tak hanya itu, kapal dari basarnas dan TNI pun dikerahkan untuk mencari keberadaan pesawat. Total ada empat kapal perang TNI yakni KRI Sutedi Sunaputra, KRI Todak, KRI Pattimura, dan KRI Sultan Hasanudin. Serta enam kapal dari basarnas.
Tak hanya itu, TNI dan basarnas juga mengerahkan enam pesawat dan satu helikopter untuk pencarian. Yakni pesawat TNI AU AI 7303/B737 take off dari Makasar mendarat ke Pontianak, pesawat CN 235 Callsign P 860 take off dari Juanda menuju ke areal sekitar Pangkal Pinang, pesawat Patmar CN 235 Callsign P 861 take off dari Batam menuju ke areal Pangkal Pinang, pesawat Kalibrasi King Air yang terbang dari Budiarto menuju ke. Pangkal Pinang. Sedangkan untuk helikopter yaitu Heli Dauphin SAR HOUR 3601 dari Pondok Cabe menuju Tanjung Pandan dan pesawat Heli HT 3310 berangkat dari bandara Halim Perdana Kusuma menuju ke Tanjung Pandan.
Menurut Djoko, pencarian itu akan dilakukan terus sampai pesawat ditemukan. Namun pencarian tidak dilakukan pada malam hari karena kendala penerangan. Sedangkan untuk penyebab hilangnya pesawat itu, Djoko mengaku belum tahu. Sebab, sebelum dipakai pesawat itu sudah dicek terlebih dulu. Pengecekan dilakukan di dua tempat yakni Jakarta dan Surabaya. Terkait dengan cuaca buruk, Djoko mengatakan sebelum terbang pihak bandara dan pesawat selalu berkoordinasi dengan BMKG. \"Jadi kami belum bisa pastikan penyebabnya apa tunggu investigasi KNKT,\" paparnya.
Banyak rumor yang menyebutkan bahwa pesawat itu sudah ditemukan di Belitung Timur. Menurut Kepala KNKT Tatang Kurniadi pihaknya memastikan bahwa sampai saat ini pesawat itu belum ditemukan. \"Kami masih mencari,\" ujarnya.
Menurut dia, jika ada kabar penemuan pesawat, pihaknya akan langsung memberitahu. Menurut Tatang, jika pesawat mendarat di laut, maka ada alat pinger yang mengeluarkan sinyal. Sinyal itu berbunyi ping. Namun hanya bisa ditangkap oleh radar basarnas. Sedangkan jika pesawat mengalami benturan keras di udara atau di darat maka ada piranti ELT di pesawat yang memancarkan sinyal ke radar basarnas. \"Namun keduanya belum kami tangkap,\" paparnya.
Tatang mengatakan pencarian akan terus dilanjutkan. Tak hanya di laut, namun juga di daratan. Untuk daratan wilayah pencarian yakni di Sampit, Pontianak, Belitung, serta Palembang. Selain itu Kemenhub dan KNKT juga mendapatkan bantuan dari negara lain dalam proses pancarianya. Yakni Singapura, Inggris, malaysia, dan Australia. Namun, Tatang mengaku, bantuan dari negara-negara itu belum diterima. \"Kami usahakan dengan tenaga sendiri dulu,\" jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: