Diusir Ibu, Jadi Preman, Tersadar ketika Akan Mati
Ada kejadian lain yang juga membuat Aldi tersadar. Dia sempat hendak membunuh pacar yang setia menungguinya, yang saat ini menjadi istrinya, Farah Yunita. ’’Saat itu saya sakau. Saya lihat dia ngobrol dengan seorang lelaki. Saya parno (paranoid) dan ingin membunuhnya,’’ kenangnya.
Selama 18 bulan Aldi melakoni rehabilitasi di RSKO. Di lingkungan yang save itu Aldi bisa menahan diri dan akhirnya mulai bisa mentas dari ketergantungan zat adiktif. Dari sejumlah kegiatan rehabilitasi itu, Aldi mengaku banyak belajar dan berproses untuk kembali ke kehidupan normal. Banyak pelajaran yang ia dapat, baik dari konselor maupun temannya yang menjalani rehabilitasi di RSKO.
Selama mengikuti rehabilitasi, Aldi dinilai disiplin dan konsisten untuk melepaskan diri narkoba. Perubahan yang luar biasa itu akhirnya membuat dirinya terpilih untuk diikutkan dalam sejumlah pelatihan rehabilitasi oleh RSKO.
’’Saya sempat diikutkan pelatihan yang harganya saat itu Rp 15 juta per program. Modelnya saya ikatan dinas di RSKO,’’ tuturnya.
Rezeki Aldi rupanya di BNN. Ketika itu BNN sedang melakukan studi banding ke RSKO untuk melihat metode rehab therapeutic community. BNN kemudian mengajukan peminjaman staf. Aldi yang ditunjuk pihak RSKO.
Singkat cerita, Aldi ditawari bekerja di BNN sebagai konselor. Saat itu tempat rehabilitasi milik BNN belum di Lido Bogor, melainkan masih di Cawang, Jakarta Timur.
’’Dan ternyata saya diizinkan oleh RSKO. Bahkan saya tidak diharuskan membayar training-training yang pernah saya ikuti,’’ terangnya.
Dari sejumlah kemudahan yang diberikan RSKO itulah, Aldi merasa harus total bekerja sebagai konselor pecandu narkoba. Sebab dia menganggap apa yang didapat selama ini gratisan. Sehingga dia harus bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang didapatnya secara gratisan pula. Mulai Januari 2006, Aldi sudah berstatus sebagai konselor di BNN.
Setelah kehidupan pribadinya mulai ke jalan yang benar, Aldi memberanikan diri meminang Farah Yunita. Pasangan itu menikah pada September 2006. ’’Saat itu saya kembali ke ibu saya. Beliau kaget dengan kondisi saya. Ya jadi tangis-tangisan seperti sinetron,’’ ujar ayah dari Kiara Valentina, 3, dan Brilian Videlia, 1, itu.
Sebagai wujud konsistennya di jalur konselor pengguna narkoba, kini Aldi menempuh kuliah psikologi di sebuah kampus swasta di Jakarta. Tiap akhir pekan dia mesti meninggalkan keluarganya di Bogor untuk mengikuti perkuliahan.
Kini, Aldi bukan sekadar lepas dari jeratan narkoba. Dia juga sudah bisa membangun bisnis bersama istrinya. Aldi dan Farah memiliki bisnis kue di Bogor. Aldi juga merangkul kembali ayahnya dengan mengajak berbisnis restoran Padang di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Kebetulan, ayah Aldi berasal dari Padang. ’’Orang Padang kan tak lengkap kalau belum punya warung makan,’’ kelakarnya.
Tak hanya itu, kini kakak dan adik-adiknya juga telah lepas dari ketergantungan narkoba.
Aldi berpesan kepada siapa pun yang memiliki keluarga ketergantungan pada narkoba agar tidak meniru apa yang pernah terjadi pada dirinya. Dia juga meminta agar keluarga harus bijak melihat permasalahan penyalahgunaan narkoba yang dialami anak-anaknya.
’’Ini penyakit otak kronis, tak akan berubah kalau tidak ada terapi yang tepat. Semakin kita diamkan mereka, semakin parah,’’ ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: