>

Jambi Belum Butuh Bantuan Asing

Jambi Belum Butuh Bantuan Asing

Status Udara Masih Tak Sehat

Kehidupan SAD Terusik

JAMBI – Untuk mengatasi asap di provinsi Jambi, belum dibutuhkan bantuan asing. Mengingat, titik api di provinsi Jambi masih sedikit. Bahkan hari ini hanya ditemukan satu titik api. Hal ini disampaikan oleh Komandan Satgas Kol. Inf, Makmur.

Dirinya menyampaikan Satgas selalu berusaha menanggulangi kebakaran lahan dan hutan (Karlahut).

‘’Yang saat ini kita laksanakan lebih kepada Mooping UP yakni memadamkan api dibawah permukaan. Masih ada 4 titik yang dilakukan Mooping Up yakni Desa Manis Mato, Pematang Raman, Desa Wajo dan Desa pematang buluh, yang teletak di Muaro Jambi dan Tanjab Timur. Luasnya 207 Ha,\" katanya.
Kedepan kata Makmur, pihaknya  akan membuat Kanal Blok . Ini untuk mengatasi api dibawah tanah. Serta untuk mengantisipasi kebakaran-kebakaran berikutnya.

\"Kanalisasi ini jauh lebih bagus dari water boombing. Bisa langsung membasahi bawah tanah. Selain itu juga lebih murah. Perusahan kita tekankan untuk membuat kanal sendiri,\" imbuh Makmur.
Saat ini, kata Makmur, total lahan yang sudah dipadamkan kurang lebih sejumlah 15.600 Ha. Sedangkan Jumlah Karlahut sesuai data Dinas kehutanan ada 15.864.
Sementara itu, Walhi menuding bencana asap mengusik kehidupan  Suku Anak Dalam (SAD) di wilayah Bukit Dua Belas dan Bukit Tiga Puluh. Mereka mulai bergerak dari tanah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah menuju Sumatera Selatan.

            ”Mereka sudah kesulitan mencari makan dan air. Itu dampak dari asap,” kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Jambi, Musri Nauli.

Rombongan dari Bukit Dua Belas Sarolangun-Bangko sudah bergerak ke Sumetera Selatan. Meskipun perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Namun, Walhi belum mengetahui rombongan siapa yang bergerak  ke Sumsel itu.

 ”Jumlahnya kita belum tau, biasanya dalam rombangan itu ada beberapa Kepala Keluarga,” ujarnya. Selain dari Bukit Dua Belas, SAD dari Bukit Tiga Puluh Kabupaten Tebo juga sudah keluar dari hutan. Mereka bergerak menuju Kota Tebo. Budaya Melangun memang ada karena berduka ada keluarga yang meninggal. ”Biasanya 40 hari. Tapi ada polanya, mereka berputar di areal itu saja. Tapi, sekarang tidak bisa diketahui lagi, pola dari siklus alam sudah menggangu kehidupan mereka. Ini dalam rangka upaya mereka bertahan hidup,” tegasnya.

Danrem 042/Garuda Putih Kol inf Makmur selaku Komandan Satgas penanggulangan Bencana kabut asap di Provinsi Jambi membantah jika SAD keluar dari  hutan itu dikarenakan kabut asap. Mereka hanya melakukan budaya orang rimba, Melangun. Kata dia, pihaknya sudah menelusurinya.

”Kita temui di daerah Jambi Selatan, mereka dari bukit 12 Sarolangun kurang lebih 40 orang, setelah kita tanya kenapa turun. Mereka lagi melangun, karena kakeknya meninggal, jadi bukan karena asap,” bantah Danrem. Biasanya, jika ada anggota keluarga dari mereka meninggal, tidak mereka kubur. Tapi di tinggalkan disuatu gubuk. Selama jasad belum hancur, mereka harus melangun kemana-mana. ”Nah, ini kebetulan ke Jambi. Kami sudah beerkoordinasi dengan Bupati Sarolangun, untuk mengevakuasi SAD ini kembali ke Bukit 12. Kemarin sudah di angkut ke Sarolangun lagi,” pungkasnya.

Berdasarkan Data dari Posko Satgas, Jarak pandang sempat memburuk pada pukul 07.00 Wib, namun hingga sore jarak pandang berangsur membaik. \"Pukul 07.00 Wib tadi (kemarin, red) 450 meter, namun pada sore harinya Jarak pandang mencapai 1000 meter,\" kata Satgas penerangan, Imam Syafei kepada harian ini minggu (11/10).
Selain itu, Indeks Pencemaran Udara masih di kategori tidak sehat, yakni di angka 191. Namun dengan kondisi seperti ini, pihak Satgas penanggulangan Bencana asap Provinsi Jambi terus berupaya melakukan penghilangan asap.
Hot Spot di Provinsi Jambi kemarin, hanya terpantau 1 titik api oleh saltelit Aqua-terra, namun dari satelit NOA, tidak terpantau adanya titik api.

(Hfz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: