>

BI Rate Bertahan di 7,50 Persen

BI Rate Bertahan  di 7,50 Persen

JAMBI-Bank Indonesia (BI)  pada bulan Oktober 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8,00 persen.

 

Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi untuk keseluruhan tahun 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran 4 persen, sementara defisit transaksi berjalan diprakirakan lebih rendah dari prakiraan semula, atau sekitar 2 persen pada akhir 2015.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik terutama didorong oleh meningkatnya belanja modal pemerintah, walaupun aktivitas perekonomian di sektor swasta masih berjalan relatif lambat.

Bank Indonesia menilai bahwa tekanan terhadap stabilitas makro mulai mereda sehingga kedepan terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.

“Bank Indonesia akan tetap berhati-hati dan mencermati risiko global di tengah perkembangan pasar keuangan global yang lebih kondusif, mengingat masih tingginya risiko ketidakpastian global,” jelas Aya Sophia, Kepala Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan, BI Provinsi Jambi

Sejalan dengan hal tersebut, fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek tetap diarahkan pada langkah-langkah stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing.

Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Neraca perdagangan pada September 2015 kembali mencatat surplus, terutama didukung oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Neraca Perdagangan mencatat surplus sebesar 1,02 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding surplus Agustus 2015 sebesar 0,33 miliar dolar AS.

Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas disebabkan oleh perbaikan ekspor non migas khususnya ekspor manufaktur ditengah menurunnya impor non migas khususnya impor bahan baku dan barang konsumsi.

“Defisit neraca perdagangan migas berkurang, ditopang oleh penurunan impor migas yang cukup dalam,” ujar Aya Sophia melalui rilisnya. 

Dari neraca finansial, meskipun aliran modal asing dalam bentuk portfolio ke pasar keuangan berkurang, secara akumulatif hingga September 2015 masih mengalami net inflow sebesar 2,9 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir September 2015 tercatat sebesar 101,7 miliar dolar AS atau setara dengan 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

(kar/*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: