Rakyat Setengah Mati, Pemerintah Masihkah Ada Hati ?
SAD Bermigrasi, UMKM Kurangi Produksi
Asap terus menyelimuti bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini. Upaya yang dilakukan pemerintah belum manjur. Sementara kebangkitan ekonomi masih sekedar harapan.
JAMBI terancam menjadi daerah yang nyaman untuk ditinggali. Tak ada udara segar lagi yang tersisa. Kebahagiaan anak-anak sudah direnggut oleh asap. Kemarin (18/10) ISPU kembali di angka 300, level berbahaya. Jarak pandang hanya 300 meter. Hotspot terpantau di 48 titik.
‘’Asap makin tebal seperti ini, hujan sepertinya tidak menurunkan asap,’’ ungkap warga Muarojambi, Jufri.
Di bagian lain, wargapun meminta pemerintah menyiapkan masker berkualitas dan mengevakuasi anak-anak dan lansia. Karena mereka rentan terhadap bahaya asap ini. ‘’Namun entah apa yang saat ini ada di pikiran para pemimpin kami,’’ keluh salah seorang warga.
Tak hanya warga kota dan sekitarnya, dampak asap ini juga sudah dirasakan oleh warga Suku Anak Dalam (SAD). Mereka yang tinggal di hutanpun sudah tidak nyaman lagi. Temenggung SAD, Sitampung mengatakan, banyaknya warga SAD terserang penyakit. Ini sebagai dampak dari sulitnya mendapatkan Sumber air yang bersih, meski ada beberapa sumur alternatif yang mereka gunakan. Namun sumur tersebut akhir-akhir ini malah mengalami kekeringan. “Ya kita SAD sudah susah cari air bersih, sedangkan sumur yang ada saja sudah banyak kering” ujarnya.
Direktur Eksekutif Walhi Provinsi Jambi, Musri Nauli mengatakan, saat ini banyak warga SAD yang keluar dari hutan karena sudah merasa terganggu oleh asap. Selain itu, perambahan hutan juga menyebabkan warga SAD kesulitan mencari makanan dan pasokan air. Meski dibantah oleh pejabat Jambi, tapi, dari pemberitaan media online kemarin seolah membenarkan sinyalemen tersebut. Dua anggota Satlantas Polresta Pekanbaru, Bripka Dendi Sandra Syarif dan Brigadir. Agus Priyanto Minggu (18/10) sore menemukan kelompok SAD dari Jambi menggunakan motor tanpa helm saat lagi bertugas di Pos Gurindam, pertigaan Jl Sudirman dan Jl Tuanku Tambusai. Ini kawasan jalur padat di Pekanbaru yang di atas badan jalan ada fly over.
\"Kami ini mengungsi pak, karena hutan tempat tinggal kami ada kebakaran dan asapnya tebal. Kami tak bisa hidup lagi di sana,\" kata suku Rimba itu sebagaimana dituturkan Bripka Dendi.
Sementara itu, jam pelajaran siswa juga sudah direnggut oleh asap. Untuk mengejar ketertinggalan Dinas Pendidikan Kota Jambi akan meniadakan libur semester asal ada kesepakatan dengan pihak sekolah.
“Kami tengah mengkaji untuk meniadakan libur semester,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi, Syaiful Huda. Dalam waktu dekat Disdik akan mengumpulkan Kepala Sekolah. “Kita tidak bisa mengambil keputusan tanpa ada kesepakatan,” akunya. Disdik juga memiliki opsi lain dengan menambah jam pelajaran. Selama kabut asap, jam pelajaran dikurangi menjadi 30 menit.
Kepala SMPN 18 Kota Jambi, Karim mengatakan, kebijakan untuk mengurangi jam pelajaran itu sesuai dengam instruksi Walikota Jambi. “Sekarang, jam pelajaran yang biasanya 45 menit dikurangi 15 menit, satu hari ada empat mata pelajaran, sesuai kesepakatan kepala sekolah,” ungkapnya.
BMKG Jambi mengatakan, potensi hujan di Jambi sudah ada. Yakni wilayah pesisir timur, di sore hari. Potensi itu juga akan terjadi di wilayah barat, yaitu Marangin, Bungo dan Kerinci. Tapi, di malam hari dengan intensitas ringan. Di pagi hari, cuaca pada umumnya cerah berawan. Lalu akan berawan pada sore hari. “Pagi hingga siang akan cerah,” ucapnya.
Tak hanya, ekonomi kini juga sedang lesu. Beberapa
usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Kota Jambi. Banyak dari UMKM saat ini mengurangi produksi mereka. Daya beli yang menurun, merupakan faktor utama pengurangan produksi dari UMKM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: