Harga Gas Mahal, PGN Salahkan Pertamina
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ingin memperbanyak aliran gas bumi ke masyarakat. Namun, dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang gas, yakni PT Pertamina Gas (Pertagas) dan Perusahaan Gas Negara (PGN), justru tidak akur.
Soal mahalnya gas yang disalurkan PGN di Medan, Sumatera Utara, misalnya. Perusahaan itu menuding Pertamina berada di balik tingginya harga gas yang harus dibayar pelanggan. Alasannya, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli gas dari kilang regasifikasi Arun, Aceh, milik Pertamina sudah mahal.
\'Harganya sekitar USD 13,8 per mmbtu,\' ujar Kepala Divisi Komunikasi Korporat PGN Irwan Andri Atmanto. Lantaran harga yang dipatok Pertamina sudah tinggi, PGN tidak bisa berbuat banyak. PGN juga mengklaim tidak mengambil banyak untung saat mengalirkan gas itu kepada konsumen.
\'Kami menjualnya ke industri di Medan sebesar USD 14 per mmbtu,\' terangnya. Menurut Irwan, perusahaan hanya mengambil biaya operasional dan biaya perawatan pipa yang mencapai 700 km. Jumlahnya juga tidak banyak, yakni USD 0,2 per mmbtu.
Dia tidak bisa menjual lebih mahal karena saat ini punya kepentingan. Yakni memastikan industri gas di Medan tetap memperoleh energi untuk tetap berproduksi. PGN juga tidak bisa mencari sumber lain yang lebih murah karena sumber dari sumur gas yang selama ini memasok sudah habis.
Kalau ada gas yang berasal dari lapangan atau sumur gas, harganya bisa jauh lebih murah daripada regasifikasi. PGN menyebut harga saat ini merupakan opsi terbaik.
Dikonfirmasi terpisah, Corporate Secretary Pertagas Adiatma Sardjito tidak mau disalahkan begitu saja. Dia menyatakan, gas yang mengalir di Medan memang berasal dari dua sumber. Yakni LNG dari Lapangan Donggi Sonoro yang memang ditujukan untuk PLN dan dari Pertamina EP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: