Gesekan Terjadi Pasca Teror Paris
JAKARTA - Efek yang muncul akibat insiden serangan teroris di Paris sangat beragam. Salah satunya, gesekan-gesekan antara pemerintah sebagai reaksi peristiwa tersebut. Presiden Syria Bashar Al Assad pun diberitakan mengeluarkan pernyataan offensive kepada pemerintah Prancis.
Dalam lansiran Agence France-Presse (AFP), Assad meminta agar pemerintah Perancis mengubah kebijakannya terkait penanggulangan teroris harus diubah. Dia menuduh bahwa kebijakan saat ini yang tidak mendukung pemerintah inkumben Syria justru mendorong perluasan aksi terorisme di dunia. Seperti yang diketahui, Prancis muncul sebagai pendukung oposisi Assad saat protes terjadi pada 2011.
‘’Pertanyaannya, apakah kebijakan Prancis selama lima tahun belakangan ini tepat. Jawabannya tidak,’’ujarnya seperi dikutip oleh AFP.
Selama ini, lanjut dia, pemerintah Syria pun sudah mencoba mengingatkan bahwa isu ISIS bisa berdampak ke Eropa. Namun, dia menilai negara-negara di Eropa menganggap isu tersebut telalu ringan.
‘’Dalam tiga tahun ini kami sudah memperingatkan bahwa insiden seperti ini bisa terjadi. Tapi petinggi Eropa tidak mendengarkan,’’jelasnya.
Pernyataan tersebut memang cenderung menyalahkan pemerintah Prancis. Hal tersebut disayangkan oleh pengamat hubungan luar negeri Teuku Rezasyah. Menurutnya, pernyataan yang dikeluarkan oleh Presiden Syria itu kurang etis bagi negara yang baru saja mengalami musibah.
‘’Saat ini memang masih belum terkonfirmasi apakah memang Assad menyatakan itu atau hanya misinterpretasi oleh media. Tapi, jika benar hal tersebut dikatakan Assad, saya sangat menyayangkan,’’ujarnya.
Dia menjelaskan, hal ini bisa saja malah memperburuk hubungan antara kawasan Eropa dan Timur tengah. Hubungan tersebut bisa saja berujung kepada tindakan-tindakan konflik yang lebih besar jika tak dinetralkan secepatnya. Teuku mencontohkan saat pemerintah Amerika Serikat menyerang Afganistan dan Iraq sebagai tanggapan insiden 9/11.
‘’Saat seperti ini, harusnya pemerintah Syria ikut berbela sungkawa. Jangan sampai terjadi kasus pasca kejadian WTC. Saat itu, pemerintah AS langsung menyerang tanpa perhitungan yang matang,’’ungkapnya.
Dia juga menyoroti pernyataan Presiden Prancis Francois Hollande yang langsung menyatakan bahwa ISIS adalah pihak yang bertanggung jawab dalam aksi Jumat (13/11) malam lalu. Harusnya, kesimpulan itu bisa diambil setelah proses forensic dan penyelidikan yang menyeluruh.
‘’Memang, posisi Hollande dalam krisis sehingga dia langsung mengambil kesimpulan berdasarkan klaim dan ancaman-ancaman sebelumnya. Tapi, pembuktian forensic tetap harus dilakukan,’’terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Fungsi Konsuler KBRI Paris Yosep Tutu mengakui, saat ini laporan atau permintaan bantuan terkait WNI yang tidak bisa dikontak di Paris sudah jauh berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan bagi sebagian besar WNI sudah bisa dipastikan. Namun, pihaknya mengaku masih terus bersiaga untuk mencari jika memang ada WNI yang menjadi korban teror sporadis di Paris.
‘’Kami akhirnya sudah menjalin komunikasi dengan Crisis Centre Prancis yang menangani korban-korban serangan. Sampai saat ini, merea masih menyatakan tidak ada indikasi jatuh korban WNI,’’imbuhnya.
(bil)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: