Polda Lacak Warga Jambi di Kalimantan

Polda Lacak Warga Jambi di Kalimantan

JAMBI – Terkait laporan adanya warga Jambi yang hilang dan diduga gabung dengan kelompok Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Polda Jambi berupaya melacak keberadaan warga Jambi itu ke Kalimantan. Karena diketahui, Kalimantan merupakan pusat kelompok organisasi terlarang ini.

“Laporan secara resmi dugaan mereka bergabung dengan Gafatar ada satu keluarga di Tebo, terdiri dari suami, istri, dan anak, yang menghilang. Satu keluarga ini hilang kontak pada pertengahan 2015 lalu,” kata Direktur Intelkam Polda Jambi, Kombes Pol Chairul Yani, kemarin (20/1).

Meskipun tidak banyak yang dilaporkan secara resmi, namun Chairul mengatakan, pihaknya tetap melakukan pemantauan terhadap kasus orang hilang di Jambi yang diduga terkait dengan Gafatar. Sejauh ini lanjutnya, pihaknya sudah mendeteksi ada 15 kasus orang hilang atau tidak di tempat, yang diduga terkait Gafatar.

“Waktu tinggal di Jambi, mereka ini tercatat sebagai anggota Gafatar. Kesimpulan sementara, mereka ini bergabung,” sebutnya.

Karenanya, pihaknya langsung melacak ke Kalimantan Barat (Kalbar) dengan berkoordinasi dengan pihak Polda Kalimantan Barat (Kalbar). “Kami berkoordinasi dengan rekan sejawat kami (kepolisian, red) di Kalbar. Minta bantuan untuk melakukan pelacakan, namun sejauh ini belum ada jawaban (hasil, red),” ujarnya.

Sementara itu, dua orang lagi warga Tanjab Timur diketahui bergabung dalam organisasi ini. Mereka adalah Riko Kurniawan (30) dan Yulianto. Riko yang merupakan warga Kelurahan Parit Culum I, Kecamatan Sabak Barat ini sempat mengajak istri dan anaknya ke Kalimantan untuk bergabung.

Namun lantaran istri menolak, berangkatlah Riko seorang diri ke Kalimantan. Alfan Nurfitriansi istri Riko mengakui suaminya tergabung dalam Gafatar.

\"Memang 18 Desember 2015 lalu suami saya pernah pulang kerumah, untuk menjemput saya dan anak-anak,\" katanya, kemarin (20/1).

Hanya saja ajakan dari suami langsung ditolaknya. Dengan alasan, keluarga besarnya tidak memperbolehkan untuk ikut suami ke Kalimantan, karena bila berjauhan keluarga tidak dapat memantau.

Saat itu, Riko langsung pergi lagi ke Kalimantan pada hari yang sama. Bahkan, sampai saat ini tidak ada kabar apapun dari Riko. \"Awal masuk Gafatar suami diajak oleh Yulianto,\" terangnya.

Terpisah, Rojali ayah Yulianto yang anaknya diduga juga masuk ke dalam Gafatar, warga RT 11, Kelurahan Parit Culum I, Kecamatan Sabak Barat mengatakan, anaknya terpengaruh Gafatar saat bekerja sebagai pemborong di Kota Jambi. \"Sebelumnya anak saya kuliah di Jogjakarta, tapi tidak sampai tamat dan kembali lagi ke Jambi,\" kata Rojali.

Setelah tidak lagi sekolah, sambungnya, Yulianto mendapat pekerjaan sebagai pemborong di Kota Jambi. di Jambi, dia mengontrak di Kelurahan Sukarejo, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi. \"Sekitar 2 tahun tinggal di Kota Jambi,\" katanya.

Pekerjaan sebagai pemborong di Kota Jambi habis kontrak, lalu Yulianto mendapatkan penawaran kerja di Kalimantan untuk membuka lahan perkebunan sawit. \"Kata anak saya gaji yang diterima Rp 10 juta. Lalu mengajak istri karena akan dipekerjakan di klinik di Kalimantan dengan gaji Rp 5 juta, karena istrinya merupakan bidan. Akhirnya berangkatlah anak saya, istrinya dan anak-anaknya,\" terangnya.

Terpisah, Dandim 0419/Tanjab, Letkol Inf Aqsha Erlangga melalui Pasi Intel, Kapten Inf Marlianus Pasae membenarkan adanya warga Tanjabtim yang bergabung dengan Gafatar. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan Polres Tanjabtim dan dinas terkait, untuk memantau Gafatar di Tanjabtim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: