112 Orang Terinfeksi Difteri
Salah satu orang tua pasien, Hartati mengatakan bahwa putranya Zaki Hasyi Hafiz mengalami demam tinggi sejak senin (18/12) lalu. Lantas ia mengeluh sakit saat menelan makanan. \"Ada bercak-bercak juga di kulitnya,\" kata Hartati.
Beruntung Hartati tinggal di Sunter Bentengan, tidak jauh dari RSPI. ia langsung membawa puteranya yang masih berusia 10 tahun. \"Sampai sini langsung dinyatakan positif difteri,\" tuturnya.
Padahal, seingat Hartati tidak ada teman sekelas Zaki ataun tetangganya yang terindikasi virus tersebut.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh mengatakan, sejak seminggu lalu, jumlah kasus difteri sudah menurun. Dari yang biasanya mencapai delapan kasus sehari, kini rata-rata hanya dua kasus sehari. ”Ini sudah terkendali. Masyarakat sudah membawa diri mereka untuk imunisasi. Ini tren yang bagus. Tren penurunan,” kata Subuh kepada Jawa Pos kemarin.
Dia mengatakan, untuk saat ini, sebaran kasus difteri masih sama. Jawa Timur menduduki peringkat paling atas. Diikuti Jawa Barat dan Banten. Di luar jawa, Aceh menjadi provinsi dengan kasus difteri terbanyak. ”Jumlahnya sekitar 96 kasus di sana. Daerah lain variatif. Ada yang tiga, dua, atau enam,” jelas Subuh.
Terkait dengan fasilitas kesehatan untuk penanganan pasien difteri, Subuh menuturkan, setiap RSUD sudah menyediakan kamar isolasi untuk penanganan pasien difteri. Beberapa rumah sakit swasta pun sudah menyediakan kamar isolasi. Subuh mengatakan, kamar isolasi untuk pasien difteri tidak harus dibuat spesifik. Hanya perlu ruangan terpisah dari pasien lainnya.
”Difteri kan penularannya lewat percikan. Tidak seperti flu burung yang lewat udara sehingga membutuhkan ruangan isolasi khusus,” ungkap Subuh.
Dia menambahkan, Puskesmas yang dilengkapi fasilitas rawat inap pun sebenarnya bisa menangani pasien difteri. Puskesmas itu hanya perlu menyiapkan kamar terpisah untuk pasien difteri. ”Yang penting kehati-hatian dalam merawat. Sarung tangan dan masker harus digunakan,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menginstruksikan pemerintah daerah tanggap dengan wabah Difteri yang melanda banyak daerah. Dia meminta, model penanganan yang dilakukan Pemda tidak hanya pasif, melainkan juga turun aktif hingga lapisan masyarakat yang terbawah.
Dari aspek pencegahan, pemda diminta segera melakukan sosialisasi. Khususnya untuk masyarakat di pelosok-pelosok yang selama ini kurang mendapat informasi yang cukup terkait pentingnya imunisasi. “Perlu menjelaskan bahwa vaksinanisasi itu penting,” ujarnya di acara laporan akhir tahun DKPP, Jakarta, kemrin (19/12).
Pun sama halnya dengan penanganan penyakit. Menurutnya, pemda harus turun dan mengecek kondisi masyarakat. Harapannya, bagi yang sudah terkena gejala, bisa ditangani secara cepat. “Memonitor langsung dan jemput bola,” imbuhnya. Instruksi itu sendiri sudah disampaikannya sejak wabah tersebut muncul.
Jika ada daerah yang merasa kewalahan akibat infrastruktur kesehatan yang kurang memadai, pria asal Jawa Tengah itu juga meminta kepala daerah untuk tidak pasrah. Namun aktif mencari bantuan ke pemerintah pusat. “Segera lapor ke Menkes. Karena Menkes punya satgas yang bisa setiap saat turun ke bawah,” imbuhnya.
Sejauh pantauan pihaknya hingga kemarin, pemda yang terkena dampak relatif masih bisa menanganinya. Puskesmas-puskesmas yang ada di tingkat kecamatan ataupun kelurahan sudah mendapat backup dari rumah sakit daerah maupun rujukan swasta. “Secara prinsip di daerah ga ada masalah,” tuturnya.
(tau/and/far)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: