Cukup Percaya Diri Tanpa Tsunami Buoy
Meski demikian, menurut Sutopo, buoy hanyalah satu bagian dari Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS). Tanpa bouy –pun, sistem peringatan dini tetap akan berjalan.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus anggota kelompok peneliti tsunami Nizam memaparkan soal alat deteksi dini tsunami. Dia mengatakan alat deteksi dini tsunami di Samudra Hindia dan Pasifik masih sangat diperlukan. Sebab menjadi batas landas kontinen di kedua samudra tersebut sangat aktif. ’’(Sehingga, red) potensi tsunami selalu mengancam,’’ katanya saat dihubungi kemarin.
Mantan kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud itu menuturkan tsunami early warning system (TEWS) untuk wilayah samudra Hindia koordinatornya adalah Indonesia. Jaringan pemantauan TEWS terdiri dari instrumen di darat, laut, dan satelit.
Di tengah potensi tsunami yang selalu mengancam itu, muncul keprihatinan terhadap kondisi piranti TEWS. ’’Kelemahan utama kita adalah di pemeliharaan,’’ jelasnya. Selain itu juga masih rendahnya pemahaman masyarakat terkait pentingnya perlengkapan TEWS tersebut. Sehingga banyak perangkat TEWS di laut yang hilang atau tidak berfungsi. Nizam mengaku sangat menyayangkannya.
Terkait soal anggaran biaya perawatan, Nizam berharap instrumen TEWS itu lebih diperluas fungsinya. Sehingga operasionalnya bisa lebih efektif dan efisien. Misalnya perangkat TEWS sekalgian untuk monitoring cuaca, badai, keberadaan ikan, kondisi cemaran air, keselamatan perairan, dan sebagainya.
Nizam menjelaskan perangkat TEWS sangat banyak. Salah satunya adalah wave rider bouy yang jumlahnya ada enam buah. ’’Bantuan dari Jerman,’’ tuturnya. Dia juga mengungkapkan anggaran perawatan perangkat seperti ini di kementerian atau lembaga tidak terlalu besar. Namun dia tidak bisa merinci besarannya.
Supaya ada tambahan anggaran untuk perawatan TEWS, diharapkan bisa menjadi wahana penelitian. Sehingga ada suntikan anggaran dari perguruan tinggi yang bekerjasama. Nizam berahrap setiap stasiun TEWS diharapkan bisa dikerjasamakan dengan peneliti-peneliti perguruan tinggi.
Nostalgia Wapres
Bencana gempa disertai tsunami juga mengingtkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada peristiwa 13 tahun silam itu. Khususnya terkait dengan penanganan korban jiwa yang mencapai ratusan ribu. JK menuturkan saat itu sempat hendak berbicara dengan para tokoh agama setempat. Tapi, ternyata mereka tidak bisa dihubungi lantaran juga ikut menyelematkan diri.
”Handphone tidak ada yang hidup, jadi tidak ketahuan di mana (para ulama, Red) di kampungnya juga (tidak ada),” ujar JK di Jakarta, kemarin (26/12). Dia berbincang dengan Juru Bicara Wapres Husain Abdullah, Mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Andi Mattalatta, dan Komaruddin Hidayat usai bermain golf di Senayan.
JK lantas memanggil pejabat termasuk Wakil Gubernur Azwar Abu Bakar yang menjadi gubernur sementara. Mereka diajak untuk berembuk penanganan ribuan jenazah. ”Menurut pendapat saya ini syahid, karena itu tidak perlu dikafankan, tidak perlu dimandikan, tidak perlu disalatkan, kalaupun mau, bagaimana caranya,” ujar JK. Akhirnya Azwar Abu Bakar pun minta surat tertulis terkait keputusan tersebut.
Juru Bicara Wapres Husain Abdullah menuturkan sebenarnya bukan hanya fatwa terkait korban tsunami yang dinyatakan mati syahid. Tapi, juga soal warung-warung kelontong yang diminta untuk menggratiskan sembako kepada warga atau korban. Pemerintah pun akan menggantinya. ”Pak JK juga keluarkan berita agar warung sembako membagikan gratis,” ungkap pejabat yang akrab disapa Uceng itu.
Keputusan-keputusan cepat dari JK saat itu, menurut Husain, bisa menjadi role model untuk penanganan bencana alam besar yang terjadi sekarang. Karena butuh penanganan cepat dalam masa tanggap darurat. ”Dengan kondisi alam dan daerah yang rawan bencana alam, keputusan cepat pak JK itu kini bisa dijadikan role model,” tutur Uceng.
Selain itu, gempa besar di Aceh itu juga memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi warga setempat juga masyarakat di pesisir. Bila ada gempa besar dan tahu laut surut dengan cepat, warga harus segera menjauhi pantai dan mencari tempat tinggi. ”Seperti warga pulau Simeulue yang sudah punya pengalaman ketika ada gempa langsung cari tempat tinggi,” ujar dia. Pulau tersebut terletak di barat pulau Sumatera, tapi pada saat terjadi tsunami jumlah korban sangat sedikit.
(tau/wan/jun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: