Pabrik Narkoba Menjamur
JAKARTA - Pabrik narkotika memang menjamur. Badan Narkotika Nasional (BNN) juga membongkar sebuah clasdentine laboratorium ekstasi di Perumahan Alam Raya, Benda, Tangerang kemarin sore (17/1). Dalam satu hari pabrik ekstasi itu bisa memproduksi lebih dari 7 ribu pil setan.
Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari menjelaskan, penggerebekan pabrik ekstasi tersebut dilakukan tim gabungan BNN. Ada dua orang yang ditangkap di pabrik ekstasi tersebut, yakni Lauw Hanto,48 dan Anyiu,33. ”Mereka telah ditetapkan sebagai tersangka,” ujarnya.
Lauw diketahui berperan sebagai pengendali pabrik dan pengolah bahan baku. Untuk Anyiu tugasnya sebagai pencetak pil ekstasi. Sesuai dengan keterangan dari tersangka diketahui pabrik ini telah berjalan selama empat bulan. ”Cukup cepat terungkap,” terangnya.
Dalam kasus tersebut disita 11 ribu ekstasi siap edar. Dengan begitu kemungkinan besar ekstasi lainnya telah beredar ke pasaran. ”11 ribu itu hanya produksi satu setengah hari,” papar jenderal berbintang dua tersebut.
Ada pula sejumlah bahan-bahan dan peralatan pembuat narkotika yang disita, diantaranya dua zat kimia narkotika mengandung Methaphetamine, sepuluh toples bahan baku, alat cetak, alat pengaduk, dan sebuah vacuum cleaner. ”Kami analisa bahan-bahan tersebut,” ujarnya.
Pengungkapan pabrik narkotika sebelumnya terjadi di MG International Club. Pabrik itu membuat sabu dan ekstasi cair untuk membernya. Bahan-bahan narkotika cair itut didatangkan dari Malaysia. Yang kemungkinan diproduksi dari Tiongkok.
Begitu juga dengan pabrik ekstasi yang diungkap kali ini. Kemungkinan besar berasal dari Tiongkok. Biasanya dengan memasukkan dalam bentuk bahan baku. ”Narkotika itu campuran dari berbagai zat kimia, nah biasanya dipecah itu zat kimia,” jelasnya.
Misalnya, satu bahan kimia dikirim terlebih dahulu. Artinya, bahan ini belum menjadi narkotika. lalu, bahan lainnya dikirim belakangan. ”Di Indonesia barulah dicampur semua,” tuturnya.
Selama ini ada beberapa negara yang paling dominan memasukkan bahan ke Indonesia, Tiongkok, Belanda dan negara-negara eropa. Menurutnya, upaya untuk mencegah penyelundupan bahan-bahan ini terus dilakukan. ”Kan berulang kali dengan Ditjen Bea Cukai gagalkan penyelundupan,” paparnya.
Dari mana kemampuan para pelaku meracik narkotika? dia menjelaskan bahwa biasanya pelaku merupakan residivis kasus narkotika dan belajar di dalam penjara dengan bandar lainnya. ”Namun, kalau sekarang melalui dunia maya saja bisa mengetahui cara meraciknya,” ujarnya.
(idr)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: