Siswa MTsN Sungaipenuh Tawuran Pakai Clurit, 4 Diamankan, 1 Luka Ringan
‘’Harapan kita semoga ke depan tidak terjadi lagi hal yang sama, tentunya akan kita ambil langkah-langkah dan akan kita kumpulkan seluruh kepala madrasah lingkup Kemenag Kota Sungai Penuh,’‘ ungkapnya.
‘‘Dalam waktu dekat ini, kita akan bahas hal itu dengan seluruh Kepsek,’‘ tambahnya
Pengamat Pendidikan Provinsi Jambi, Muktar Latif mengatakan, terjadinya tawuran antar pelajar, apa lagi pelajar madrasah dikarenakan ada pengurangan nilai-nilai yang terjadi diinstusi tersebut.
Menurutnya, dalam menyikapi permasalahan seperti ini, Kemenag harus segara turun ke lapangan untuk melakukan evaluasi.
‘‘Ini harus cepat ditindak lanjuti, dan harus diselesaikan,’‘ katanya.
Dikatakan Muktar, kejadian ini juga bisa terjadi karena pengaruh besar dari era globalisasi. Kejadian tawuran ini merupakan duplikasi dari perkembangan informasi yang mereka terima.
Ditambah lagi, duduk di bangku MTsN, merupakan fase dimana anak-anak beranjak dewasa. Fase ini juga dapat dikatakan sebagai fase pencarian jati diri.
‘‘Disini merupakan masa di mana tergolaknya mereka membangun kepribadian,’‘ ungkapnya.
Fase ini jika tidak didukung dengan budaya sekolah yang baik maka hal seperti ini yang terjadi. Oleh karena itu perhatian khusu harus diberikan.
Budaya sekolah merupakan aturan-aturan sekolah yang memberikan batasan-batasan bagi siswa baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah.
Kemudian, longgarnya budaya sekolah yang menyebabkan kejadian di Sungai Penuh ini terjadi. Padahal hal tersebut seharusnya tidak terjadi di sekolah yang bernaung di bawah Kemenag.
‘‘Faktor sosial juga bisa menjadi pemicu, oleh karena itu penguatan harus dilakukan. Budaya madrasah juga musti dikembalikan lagi. Kemudian penertiban alat komunikasi dikalangan siswa,’’ katanya.
‘‘Razia diluar atau di dalam sekolah harus kembali digalakkan,’‘ pungkasnya.
(adi/nur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: