Kuatkan Indikasi Teroris, Penyerangan Simbol Agama Merajalela
JAKARTA - Aksi biadab penyerangan gereja St. Lidwina diduga merupakan jaringan teroris. Dugaan tersebut dikuatkan dengan Suliyono, sang penyerang yang juga merusak patung Yesus di gereja yang terletak di Bedog, Trihaggo, Sleman, Jogjakarta tersebut.
Informasi yang diterima Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres), menyebutkan diduga kuat pelaku merupakan anggota jaringan teror kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok yang lebih dikenal dengan nama Santoso cs itu hingga saat ini memang masih aktif.
Plus, ada beberapa anggota Santoso cs yang masih berupaya merekrut. Perekrutan terjadi di beberapa daerah, seperti Bima, Bali dan Banyuwangi. Kelompok Santoso cs ini memang terhubung dengan kelompok yang berada di Bima. Istri kedua mendiang Santoso berasal dari Bima.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Kapolda Jogjakarta Brigjen Ahmad Dofiri menuturkan, saat ini pelaku masih masih dalam perawatan dan diupayakan secepatnya diperiksa. ”Untuk motif masih didalami,” terangnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Yang utama, sebenarnya anggota polisi mampu untuk melumpuhkan pelaku sebelum melakukan hal yang lebih membahayakan. ”Kalau tidak cepat dilumpuhkan berbahaya,” tuturnya.
Untuk informasi bahwa pelaku merupakan jaringan Poso, Kabareskrim Komjen Ari Dono Sukmanto meminta semuanya untuk menunggu. ”Penyelidikan masih berlangsung,” terang jenderal berbintang tiga tersebut.
Dia memastikan bahwa Densus 88 Anti Teror telah turun tangan untuk menyelidiki dan menganalisa kejadian tersebut. ”Apakah benar aksi teror dengan modus lone wolf atau malah hanya aksi kejahatan biasa,” papar mantan Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) tersebut.
Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menjelaskan, penyerang diduga merupakan kelompok teroris karena ada pengrusakan terhadap patung yang merupakan simbol agama tersebut. Hal tersebut mirip seperti yang dilakukan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). ”Kalau ISIS selama ini dikenal merusak berbagai situs sejarah, dari Khorsabad patung singa raksasa, patung singa Assyira bahkan sampai masjid juga dihancurkan,” ujarnya.
Kabareskrim menambahkan, untuk antisipasi penyerangan pada tempat ibadah, tentunya dilakukan bersama Polri dan TNI. Untuk Polri sendiri nanti intelijen yang akan memberikan masukan. ”Apakah perlu untuk peningkatan pengamanan atau tidak. Kalau sementara ini semua masih landai,” paparnya.
Sebelum kehancuran ISIS di Suriah dan basisnya di Asia Tenggara, tepatnya Filipina, pemimpin ISIS juga sempat menginstruksikan agar para simpatisannya untuk melakukan aksi dengan barang sehari-hari, seperti pisau, pedang dan panah. ”Hal itu juga yang dilakukan pelaku,” paparnya.
Terpisah, Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari menyayangkan terjadinya peristiwa penyerangan jamaat gereja Santo Lidwina di Sleman, Jogja. Menurut dia, di masa tahun politik saat ini, seharusnya semua pihak menjaga kondusivitas, agar setiap peristiwa tidak melebar kemana-mana.\"Saya terusik, ini harus menjadikan aparat kepolisian dan intelijen untuk lebih waspada,\" kata Kharis.
Anggota dewan asal Solo itu menilai, menjadi tugas kepolisian untuk melakukan investigasi atas peristiwa ini. Dalam hal ini, Polri harus memastikan apakah pelaku melakukan aksi atas motif pribadi atau terdapat pihak lain di belakang layar terkait teror. \"Saya belum bisa berandai-andai (terkait penyebab). Kami lihat dulu hasil investigasi seperti apa,\" ujarnya.
Kharis menilai sejauh ini situasi kondusif di tanah air telah tercipta, sekalipun ada sejumlah nama perwira TNI maupun Polri yang ikut dalam kontestasi pilkada. Kharis menilai partisipasi sejumlah perwira itu seharusnya mampu meningkatkan kondusivitas pilkada.\"Saya meyakini tidak ada satu calonpun yang ingin situasi menjadi tidak kondusif. Kalau itu terjadi, yang rugi mereka sendiri,\" tandasnya.
Penyerangan Simbol Agama Merajalela
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: