Rp 18,8 T untuk Infrastruktur Bandara
JAKARTA – PT Angkasa Pura I (AP1) tahun ini menggelontorkan dana Rp 18,8 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Rencananya akan ada sembilan bandara yang dikembangkan oleh perusahaan pengelola bandara di Indonesia Tengah dan Timur tersebut.
Menurut Direktur Utama Angkasa Pura 1 Faik Fahmi, belanja modal yang dilakukan oleh AP 1 merupakan yang terbesar. Tahun sebelumnya perusahaan tersebut hanya menggelontorkan Rp 8 triliun saja. ”Pertumbuhan airline dibarengi dengan kapasitas bandara. Setiap tahun kenaikan penumpang di AP 1 sebesar 6 persen,” tuturnya kemarin (21/2) di acara Airline Gathering di Hotel Borobudur Jakarta.
AP1 kini mengelola 13 bandara di wilayah tengah dan timur Indonesia. Sementara untuk tahun ini yang dapat glontoran dana ada sembilan bandara, yakni Bandara Semarang, Banjarmasin, Kulonprogo (Jogja), Surabaya, dan Lombok. Selain itu juga ada Makasar, Solo, Bali, dan Manado.
Peningkatan kapasitas bandara ini tak lain juga untuk menunjang beberapa sektor, misalnya ekonomi dan pariwisata. Faik menyontohkan pengembangan Bandar I Gusti Ngurahrai untuk menyambut pertemuan internasional IMF di Bali yang diselenggarakan tahun ini.
Salah satu yang dilakukan adalah memperluas tempat parkir pesawat atau apron Bandara I Gusti Ngurah Rai. Saat ini, Bandara I Gusti Ngurah Rai memiliki daya tampung 37 parking stand untuk pesawat berbadan lebar dan 16 parking stand untuk pesawat berbadan kecil. ”Juni sudah mulai siap,” tuturnya.
Selain Bandara I Gusti Ngurah Rai, AP 1 juga akan melakukan pengembangan di Bandara Juanda, Surabaya. Devi Suraji, Direktur Pelayanan dan Marketing AP1, menjelaskan jika perubahan akan dilakukan di terminal 1 maupun dua.
Pada terminal dua misalnya. Nanti akan diperlebar pada daerah security check point (SCP). ”Sekarang ini yang internasional tidak nyaman,” ujarnya. Sementara itu di terminal 1 akan mengubah layout. Devi mengatakan jika nanti bagian counter check in akan diperluas. Hal ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang. ”Sekarang kondisinya seperti pasar. Namun perubahan tidak mengubah identitas dari bandara,” imbuhnya saat ditemui di acara yang sama.
Devi menyadari jika Surabaya merupakan kota yang berkembang secara ekonomi. Bandaranya pun merupakan salah satu bandara yang tersibuk di Indonesia.
(lyn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: