>

Ganjar, Antara Senyum dan Kasus E-KTP

Ganjar, Antara Senyum dan Kasus E-KTP

Oleh: Tony Rosyid

Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin di atas angin. Elektabilitas Ganjar 46,1 nampaknya akan bertambah dengan hadirnya Taj Yasin, putra Kiyai kharismatik Sarang, K.H. Maemoen Zubair.

Kehadiran Taj Yasin seolah melengkapi Ganjar selama ini. Pertama, Ganjar dari kelompok nasionalis, Taj Yasin dari kalangan relijius. Kedua, jika Ganjar kuat di wilayah selatan, maka Taj Yasin mengakar di wilayah pantura. Ketiga, PDIP sebagai partai pengusung Ganjar yang akhir-akhir ini dihantam isu agama, telah berproses mengalami recovery setelah Taj Yasin mendampingi Ganjar.

Pasangan Ganjar-Taj Yasin menjadi pasangan yang \"pas\" dalam pengertian pragmatisme politik. Mengingat keduanya saling melengkapi.

Formasi nasionalis-relijius pasangan Ganjar-Taj Yasin diprediksi akan cukup merepotkan bagi pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah.

Pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah ini adalah dua tokoh yang merepresentasikan Muhammadiyan-NU dan kesempurnaan gender (laki-perempuan). Disamping kapabilitas  dan pengalaman pasangan ini yang tak lagi diragukan

Kendati demikian, pemilih Indonesia, khususnya Jawa Tengah tidak terlalu paham soal kapabilitas dan prestasi. Apalagi jika prestasi itu tak mampu dikenalkan secara baik untuk menjadi \"branding\" yang berpengaruh.

Para pemilih umumnya memilih karena faktor kedekatan sosiologis dan psikologis. Mengapa Ganjar kuat di wilayah selatan? Diantara faktornya karena wilayah selatan itu basis PDIP. Ganjar beserta istrinya juga lahir dan besar di daerah selatan yaitu Purworejo dan Purbalingga.

Demikian juga dengan Taj Yasin, anak muda penuh harapan ini lahir di pesisir pesantren Sarang Rembang. Di pesantren inilah lahir banyak ulama di Jawa Tengah, umumnya di wilayah pantura. Mereka banyak yang mendirikan pesantren dan punya pengaruh.

Faktor psikologis juga berpengaruh kuat. Ganjar misalnya, jangan tanya soal prestasi. Banyak pihak menyangsikan prestasi Ganjar selama memimpin Jateng. Tapi senyum Ganjar itu menggoda. Dibanding senyum Sudirman Said, senyum Ganjar lebih renyah. Wajah dan senyum Ganjar ini sangat potensial menarik simpatik para pemilih. Senyum Ganjar membuat pemilih gampang kepincut.

Senyum adalah simbol keramahan, kesantunan dan kepedulian. Bila dikemas dalam blusukan, maka akan dahsyat pengaruhnya.

Sementara Sudirman Said, meski lahir di Brebes, wilayah pantura Jateng, tetapi besar dan berkarir di Jakarta. Basis Sudirman Said sebagai birokrat dan profesional kurang begitu dikenal. Karena itu, dibutuhkan kerja keras untuk mengkapitalisasi kehebatan Sudirman Said sebagai seorang birokrat yang sukses dan berintegritas. Masih perlu promosi bersar-besaran untuk ini.

Pasangan nomor dua ini lebih bisa mengandalkan Ida Fauzihah yang kiprahnya lebih mengakar sebagai ketua muslimat NU Jateng. Jika jaringan Ida Fauziyah di grassroot muslimat NU ini kuat, maka akan signifikan untuk melawan Ganjar-Taj Yasin. Mengingat pemilih perempuan yang signifikan, isu gender bisa dimainkan ole Ida Fauziyah.

Selain jaringan muslimat NU, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah bisa menggunakan strategi menyerang, atau \"negatif campaign\". Bukan \"black campaign\". Negatif campaign itu punya data. Kalau black campaign itu fitnah. Sasaran serangan itu bisa menyasar pertama, janji politik Ganjar. Setiap incumbent punya janji. Komitmen janji itu bisa dibuka kembali di KPUD dan diukur tingkat keberhasilannya. Kedua, masalah-masalah kinerja pemprov Jateng yang tidak terselesaikan. Ketiga, membidik pada jantung PDIP yang selama ini dipersepsi dan punya kesan anti umat. Menyerang PDIP untuk menyatukan kekuatan umat, terutama Muhammadiyah-NU, berpotensi menjadi pilihan yang strategis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: